![]() |
Chang'e dan Kelinci Putih - geewi.com images |
Suatu hari, Chang’e menerawang ke bumi, ia terkejut oleh kegaduhan
yang telah terjadi. Banyak orang terserang wabah penyakit. Mayat bergelimpangan
dimana-mana. Jeritan dan tangisan histeris manusia terdengar hampir di seluruh
kota. Segala usaha pengobatan oleh rakyat telah dilakukan, namun tidak berhasil. Orang
yang kebingungan, berdoa mohon pertolongan langit. Langit tak bergeming. Sujud
minta bantuan bumi. Namun bumi tampak tak berdaya. Seluruh kota terancam bahaya
karena wabah penyakit itu.
Chang’e memeluk sang kelinci putih dan berkata kepadanya, “
Sekarang manusia di bumi sedang terserang wabah penyakit, aku mengutus kamu
turun ke bumi untuk mengobati mereka dan memusnahkan wabah itu. Segeralah
meracik obat dan turun ke bumi.”
Sang Kelinci mengangguk dan segera meracik obat-obatan yang
dibutuhkan. Lalu bergegas turun ke bumi dengan menjelma sebagai remaja putri
yang cantik.
Malam hari “remaja putri” mulai berkunjung ke rumah
warga-warga. Warga pertama yang membukakan pintu rumah adalah seorang kakek.
“Remaja putri ” itu dengan sopan dan ramah berkata kepada Sang Kakek.
“Kakek, saya adalah kelinci putih dari Langit, khusus datang
untuk mengatasi wabah penyakit.” jelas “Sang remaja putri”
Sang kakek menatap dari ujung rambut hingga ke telapak kaki
dengan penuh selidik. Lalu menggelengkan kepala dan berkata, “Sebaiknya kamu cepat pergi!” pinta Sang Kakek.
“Saya datang untuk membantu kalian mengatasi penyakit,
mengapa kalian mengusirku? …Sang Kelinci berkata sedih.
Kakek menunjuk “ remaja putri” yang mengenakan pakaian serba
putih adalah pertanda buruk dan menjadi enggan meladeni lebih lanjut.
Kelinci pun pergi dengan sedih. Kebetulan melewati sebuah
kuil, ia pun masuk. Tampaklah patung seorang prajurit, lalu dia melucuti baju
prajurit itu untuk dikenakan.
“Aku pinjam dulu baju kamu, nanti pasti aku kembalikan!”
guman Sang kelinci dengan lirih.
Ternyata setelah merubah penampilan, sang kelinci dapat
diterima warga dan dapat mengobati banyak orang. Selanjutnya setiap akan
mengobati sebuah keluarga, dia meminjam baju untuk berkunjung.
![]() |
Kelinci Putih - Dewi Bulan - characters.cultural-china.com images |
Kadang ia
berwujud petani, pedagang, pelajar, prajurit dan sebagainya. Lewat penampilan
baru, Sang Kelinci selalu diterima oleh
warga dengan ramah dan senang hati . Perlahan Sang Kelinci berhasil mengatasi wabah
dan mampu menolong seluruh warga. Warga
saling menyampaikan kedatangan “tabib dewa” yang ampuh. Setiap orang
menggambarkan “dewa” itu tak sama. Dan akhirnya sang kakek yang pertama
dikunjungi membuka tabir “tabib dewa”.
“Tabib itu adalah kelinci putih Chang’e dari bulan!” papar
Sang Kakek.
Untuk mengenang kebaikan sang kelinci, rakyat membuat boneka
kelinci dengan berbagai wujud yang disebut sebagai “Embah Kelinci” (Tu Er Ye)
Tiap tahun tanggal 15 bulan delapan penanggalan Imlek, terlihat bulan menjadi sangat terang dan bulat
sempurna. Bila disidik lebih cermat, seakan-akan tampak Chang’e dipermukaan
bulan sedang memintal di bawah pohon Cinnamon. Di sisinya terdapat seekor
kelinci putih kesayangannya. Setelah larut malam ketika hening, ia ke luar dari
“istana” dan melanglang buana sambil menebar semerbak bunga, menyampaikan doa
keberkatan dan kerukunan di tengah manusia.
Hati Chang’e yang selalu diselimuti penyesalan terhadap sang suami
Hou Yi, akhirnya berlaku mengikuti jejak sang suami, mengulurkan tangan untuk
kebaikan.
Chang’e yang lama rindu kepada sang suami Hou Yi memberi isyarat
kepadanya agar pada malam bulan purnama menyimpan kue berbentuk bulat di atas
sebelah barat atap agar terlihat jelas dari angkasa. Saat itulah Chang’e akan
turun ke bumi untuk berjumpa dengan Hou Yi.
Cerita Sang Kelinci putih memberi hikmah bahwa melakukan kebaikan
akan memberikan kebahagian bagi orang lain dan diri sendiri. Kebahagiaan yang
diterima oleh orang lain oleh karena kebaikan yang kita berikan akan menular
kebahagiaannya bagi diri sendiri, orang
yang menerima kebaikan,dan orang lain
yang turut melihat perbuatan baik tersebut. Bagaikan lilin yang menyalakan
lilin-lilin yang lain hingga suasana ruang pun jadilah terang. Cahaya lilin
yang memberi tak akan kurang atau hilang. Demikianlah kebahagiaan akan menular
dan Sang pemberi tak akan berkurang sedikit-pun rasa kebahagiaannya. Perasaan
bahagia dan sedih tidak dapat muncul dalam waktu yang bersamaan. Sehingga
ketika kebahagiaan muncul, “Sang Sedih” pun lenyap. Marilah kita perbanyak
perbuatan baik, tidak melakukan perbuatan jahat, maka kebahagiaan akan
“mengikuti” kita. …(Vau-G/www.bapang007.blogspot.com).
Referensi:
1.
^ Husen TKS, Cerita Rakyat dalam Masyarakat
Tionghoa, Penerbit Tekad Mandiri, 2013.
2.
^ Mengapa Berbuat Baik, http://magabudhi.or.id/mengapa-berbuat-baik-oleh-pdt-dr-dharma-k-widya-m-kes-spak,
magabudhi.or.id, 20 November 2015, Jam 21.00 WIB
No comments:
Post a Comment