Friday, 20 November 2015

Legenda Kelinci Putih Sang Dewi Bulan



Chang'e dan Kelinci Putih - geewi.com images
Di dalam Istana Dingin itu, kegiatan Chang’e sehari-hari adalah memintal benang dan menenun kain untuk keperluan pribadi. Sedangkan kelinci putih kesayangannya sibuk meracik obat “Hidup Abadi”. Oleh karena itulah sepanjang waktu Chang’e  tetap cantik jelita. Chang’e berusaha melupakan penyesalannya lewat berbuat baik.

Suatu hari, Chang’e menerawang ke bumi, ia terkejut oleh kegaduhan yang telah terjadi. Banyak orang terserang wabah penyakit. Mayat bergelimpangan dimana-mana. Jeritan dan tangisan histeris manusia terdengar hampir di seluruh kota. Segala usaha pengobatan oleh rakyat  telah dilakukan, namun tidak berhasil. Orang yang kebingungan, berdoa mohon pertolongan langit. Langit tak bergeming. Sujud minta bantuan bumi. Namun bumi tampak tak berdaya. Seluruh kota terancam bahaya karena wabah penyakit itu.

Chang’e memeluk sang kelinci putih dan berkata kepadanya, “ Sekarang manusia di bumi sedang terserang wabah penyakit, aku mengutus kamu turun ke bumi untuk mengobati mereka dan memusnahkan wabah itu. Segeralah meracik obat dan turun ke bumi.”

Sang Kelinci mengangguk dan segera meracik obat-obatan yang dibutuhkan. Lalu bergegas turun ke bumi dengan menjelma sebagai remaja putri yang cantik. 

Malam hari “remaja putri” mulai berkunjung ke rumah warga-warga. Warga pertama yang membukakan pintu rumah adalah seorang kakek. “Remaja putri ” itu dengan sopan dan ramah berkata kepada Sang Kakek.

“Kakek, saya adalah kelinci putih dari Langit, khusus datang untuk mengatasi wabah penyakit.” jelas “Sang remaja putri”

Sang kakek menatap dari ujung rambut hingga ke telapak kaki dengan penuh selidik. Lalu menggelengkan kepala dan berkata, “Sebaiknya kamu cepat pergi!” pinta Sang Kakek.

“Saya datang untuk membantu kalian mengatasi penyakit, mengapa kalian mengusirku? …Sang Kelinci berkata sedih.

Kakek menunjuk “ remaja putri” yang mengenakan pakaian serba putih adalah pertanda buruk dan menjadi enggan meladeni lebih lanjut.
Kelinci pun pergi dengan sedih. Kebetulan melewati sebuah kuil, ia pun masuk. Tampaklah patung seorang prajurit, lalu dia melucuti baju prajurit itu untuk dikenakan.

“Aku pinjam dulu baju kamu, nanti pasti aku kembalikan!” guman Sang kelinci dengan lirih.
Ternyata setelah merubah penampilan, sang kelinci dapat diterima warga dan dapat mengobati banyak orang. Selanjutnya setiap akan mengobati sebuah keluarga, dia meminjam baju untuk berkunjung. 

Kelinci Putih - Dewi Bulan - characters.cultural-china.com images
Kadang ia berwujud petani, pedagang, pelajar, prajurit dan sebagainya. Lewat penampilan baru,  Sang Kelinci selalu diterima oleh warga dengan ramah dan senang hati . Perlahan Sang Kelinci berhasil mengatasi wabah  dan mampu menolong seluruh warga. Warga saling menyampaikan kedatangan “tabib dewa” yang ampuh. Setiap orang menggambarkan “dewa” itu tak sama. Dan akhirnya sang kakek yang pertama dikunjungi membuka tabir “tabib dewa”.

“Tabib itu adalah kelinci putih Chang’e dari bulan!” papar Sang Kakek.

Untuk mengenang kebaikan sang kelinci, rakyat membuat boneka kelinci dengan berbagai wujud yang disebut sebagai “Embah Kelinci” (Tu Er Ye)

Tiap tahun tanggal 15 bulan delapan penanggalan Imlek,  terlihat bulan menjadi sangat terang dan bulat sempurna. Bila disidik lebih cermat, seakan-akan tampak Chang’e dipermukaan bulan sedang memintal di bawah pohon Cinnamon. Di sisinya terdapat seekor kelinci putih kesayangannya. Setelah larut malam ketika hening, ia ke luar dari “istana” dan melanglang buana sambil menebar semerbak bunga, menyampaikan doa keberkatan dan kerukunan di tengah manusia.

Hati Chang’e yang selalu diselimuti penyesalan terhadap sang suami Hou Yi, akhirnya berlaku mengikuti jejak sang suami, mengulurkan tangan untuk kebaikan.

Chang’e yang lama rindu  kepada sang suami Hou Yi memberi isyarat kepadanya agar pada malam bulan purnama menyimpan kue berbentuk bulat di atas sebelah barat atap agar terlihat jelas dari angkasa. Saat itulah Chang’e akan turun ke bumi untuk berjumpa dengan Hou Yi.

Cerita Sang Kelinci putih memberi hikmah bahwa melakukan kebaikan akan memberikan kebahagian bagi orang lain dan diri sendiri. Kebahagiaan yang diterima oleh orang lain oleh karena kebaikan yang kita berikan akan menular kebahagiaannya  bagi diri sendiri, orang yang menerima kebaikan,dan  orang lain yang turut melihat perbuatan baik tersebut. Bagaikan lilin yang menyalakan lilin-lilin yang lain hingga suasana ruang pun jadilah terang. Cahaya lilin yang memberi tak akan kurang atau hilang. Demikianlah kebahagiaan akan menular dan Sang pemberi tak akan berkurang sedikit-pun rasa kebahagiaannya. Perasaan bahagia dan sedih tidak dapat muncul dalam waktu yang bersamaan. Sehingga ketika kebahagiaan muncul, “Sang Sedih” pun lenyap. Marilah kita perbanyak perbuatan baik, tidak melakukan perbuatan jahat, maka kebahagiaan akan “mengikuti” kita. …(Vau-G/www.bapang007.blogspot.com).

Referensi:
1.          ^ Husen TKS, Cerita Rakyat dalam Masyarakat Tionghoa,  Penerbit Tekad Mandiri, 2013.
2.          ^ Mengapa Berbuat Baik, http://magabudhi.or.id/mengapa-berbuat-baik-oleh-pdt-dr-dharma-k-widya-m-kes-spak, magabudhi.or.id, 20 November 2015, Jam 21.00 WIB

No comments:

Post a Comment