![]() |
Wu Gang - en.fobshanghai.com images |
Wu Gang adalah seorang pemuda tampan nan cerdas, senang
mempelajari dan menguasai apa saja dengan cepat
Awalnya Wu Gang tinggal di pedesaan, melihat puluhan hektar
tanaman yang menghijau nan subur, ia sangat tertarik. Maka dia langsung minta
kepada Pak Tani agar diajarkan cara bercocok tanam. Baru belajar beberapa hari
telah nampak hasilnya yang bagus
layaknya hasil kerja para petani umum. Ia merasa bertani tidak ada
apa-apanya, maka ia meninggalkan pedesaan lalu pergi ke ibukota.
Di ibukota, niatnya untuk mempelajari berbagai ketrampilan.
Wu Gang telah berguru kepada tukang tembok, kayu dan bahkan tukang besi. Semuanya
sama, sebentar saja dia sudah bosen dan ditinggalkan.
Wu Gang beralasan, “Pekerjaan semacam itu tidak ada tantangan
dan tidak seru!” . Rupanya di dunia manusia ini tiada yang menarik. Semuanya
sangat mudah. Kini aku harus mencari ketrampilan di kalangan dewa, yang
menciptakan sesuatu yang gegap gempita!”
pikir Wu Gang.
Ia pun meninggalkan kota dan pergi menjelajah ke pedalaman
di pegunungan yang lebat untuk mencari dewa. Akhirnya ia menjumpai seorang dewa
sepuh dan berkata kepadanya: “Di dunia ini tiada pekerjaan yang menarik dan
tidak menyenangkan.” jelas Wu Gang. Aku ingin menjadi dewa, cobalah Kakek Dewa
mengajarkan aku menjadi dewa.”
Kakek Dewa tertawa terbahak-bahak mendengar permohonan Wu
Gang, dia menjawab: “Apakah menjadi dewa itu mudah? Bukan setiap orang bisa
menjadi Dewa, dia harus memiliki ketekunan dan tanpa pamrih, serta tak kenal
lelah. Tapi,… aku akan mencoba mendidik dan melatih kamu dari yang paling
dasar, yaitu teknik pengobatan.” kata Sang Kakek Dewa.
Esok pagi, Sang Kakek Dewa membawa Wu Gang mendaki ke puncak
gunung memasuki hutan lebat untuk memungut obat-obatan herbal, pulang ke pondok
mengajarkan teori pengobatan. Setiap hari dari subuh hingga malam terus
berulang tanpa henti.
Wu Gang mulai kesal dan berkata, “Tiap hari kerjanya
mencabut rumput, memetik daun, menghafalkan cara pengobatan. Kapan bisa menjadi
dewa? Ajarkan aku yang lebih bermanfaaat.”
“Baiklah, besok aku ajarkan kamu bermain catur.”Kakek dewa
menimpalinya.
Hal ini sama saja. Setelah beberapa hari sudah mampu menghafal,
Wu Gang timbul kembali rasa bosan. Keinginan sebenarnya menjadi dewa tinggal di Langit.
Kakek Dewa lalu diminta mengajar “Kitab
Suci Langit”. Wu Gang menekuni siang dan malam. Jiwanya sudah mulai tenang. Beberapa
bulan kemudian, Wu Gang mulai kecewa lagi.
“Baca, baca, baca buku! Kapan bisa menjadi dewa? Katanya dewa tinggal
di Langit, manusia tinggal di bumi. Kakek, bawalah aku ke Kahyangan.” pinta Wu
Gang.
“Baik! Kamu mau ke mana pergi?” tanya Sang Kakek Dewa.
Wu Gang berpikir, bulan cerah, bersih , resik di sana pasti
nyaman untuk tinggal dan bermain. Maka dia berkata, “Kita pergi ke bulan!”
“Gampang! Kamu pejamkan mata.” kata Sang Kakek
Ketika Wu Gang memejamkan mata, serasa badan menjadi ringan
dan melayang, tak lama kemudian dia mendengar kakek berkata, “ Buka matamu,
sekarang sudah tiba!”
Ketika Wu Gang membuka mata dan memandang ke sekeliling tempat.
Dia benar-benar terperangah. Bulan tidak seperti yang dibayangkan sebagai
tempat keramaian dan nyaman untuk tinggal. Di tempat itu hanya
terlihat…sebatang pohon Cinnamon yang menjulang tinggi. Dan tiada yang lain
(tentu Wu Gang belum mengetahui bahwa telah tinggal seorang Dewi cantik bernama
Chang’e). Dia sungguh kecewa.
Kakek lalu berkata kepada Wu Gang, “Orang yang ingin menjadi
Dewa pertama-tama harus memiliki kesabaran yang tinggi. Lihat pohon ini, bila
ditebang oleh orang yang sabar, 300 kali penggalan kampak bisa tumbang. Tetapi
bila orang yang tak sabar 3000 kali dikampak pun dia takkan roboh, malah sambil
ditebang, akan tumbuh terus. Banyak waktu yang terbuang karena terus menggerutu.
Sekarang lihat akibat keinginan kamu sendiri, bila kamu tidak mengubah sikap,
sepanjang abad kamu tetap berada di bawah pohon ini. Sebagai hukuman, tebanglah
pohon ini sampai roboh.”
Selesai bicara, Kakek Dewa berubah menjadi asap dan lenyap.
Nasi telah menjadi bubur, sesal tiada guna. Wu Gang terpaksa
menjalankan tugas menebang pohon Cinnamon. Lalai sedikit , banyak menggerutu atau
bermalasan saja, batang ranting yang telah ditebang dan daun yang gugur,
sekejap kemudian akan tumbuh kembali. Pohon ini terus tumbuh menjulang tinggi.
Berabad-abad sudah berlalu. Wu Gang pun sudah terbiasa
dengan pekerjaan menebang yang tak ada habis-habisnya. Akhirnya dia menjadi
tukang kebun di “Istana Dingin” itu. Menjadi pengawal setia Chang”e. Setiap
tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, ketika bulan purnama. Wu Gang memetik
banyak bunga untuk Chang’e menebar ke bumi manusia, dan tak lupa pula ia membuat
pula arak bunga.
Oleh karena itu, saat bulan purnama dan cuaca cerah sekali,
kita dapat melihat di atas bulan selain Chang’e sedang memintal di bawah pohon dengan
didampingi kelinci putih, di sebelah ujung kanan terdapat seorang pria yang
berdiri memegang kampak. Itulah Wu Gang yang setia dan tekun.
Cerita Wu Gang di atas dapat memberikan makna bahwa apa yang
ingin kita raih harus dimulai dari usaha
yang dilakukan secara tekun dan konsisten. Karena keberhasilan tidak datang begitu
saja. Bila kita memiliki keyakinan pada tujuan , maka kita harus memiliki
ketekunan untuk tetap berusaha tanpa mengenal lelah. Ketekunan
adalah kemampuan kita untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan
dan bertahan sampai tercapai tujuan yang ingin dicapai…(Vau-G/www.bapang007.blogspot.com).
Referensi:
1.
^ Husen TKS, Cerita Rakyat dalam Masyarakat
Tionghoa, Penerbit Tekad Mandiri, 2013.
2.
^ Ketekunan adalah Kekuatan Anda, http://iphincow.com/2010/08/02/ketekunan-adalah-kekuatan-anda/,
IphinCow.com, 20 November 2015, Jam
19.30 WIB.
No comments:
Post a Comment