Thursday 28 April 2016

Taber Laot, Selamat Laut dan Buang Jong – Tradisi Adat Masyarakat Pesisir Pantai Pulau Bangka ( Bagian 1)



Kondisi geografis Kepulauan Bangka-Belitung

Peta Kepulauan Bangka-Belitung - archipelagofastfact.files.wordpress.com Images

Wilayah Kepulauan Bangka-Belitung dengan total luas keseluruhan mencapai  81.725,14 km2 terbagi menjadi wilayah daratan dan lautan. Meliputi 16.424,14 km2 ( 20.1%) luas daratan dan 65.301 km2 (79.9%) luas lautan. Secara umum, kepulauan Bangka-Belitung merupakan wilayah perairan, sehingga terdapat kelompok masyarakat pesisir pantai. Masyarakat pesisir pantai merupakan sekelompok orang yang  hidup mandiri secara bersama-sama dalam rentang waktu cukup lama, memiliki budaya yang khas identik dan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan laut.

Masyarakat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Memiliki identitas yang khas,
b.      Jumlah penduduk yang tidak banyak dan mengenal satu sama lain,
c.       Memiliki keseragaman dengan tingkat perbedaan yang kecil.
d.      Karakter yang keras, tegas dan terbuka. Mampu menerima perubahan, kompetitif dan memiliki rasa bangga.

Mereka memandang alam memiliki kekuatan, sehingga perlu menghormati dan menjaga keharmonisan. Hal ini mendorong untuk melakukan ritual adat laut. Adat-istiadat budaya yang dijalankan memiliki kesamaan  dengan daerah di bagian pesisir pantai lainnya. Salah satunya upacara adat sebagai ucapan syukur atas hasil laut yang melimpah, tolak bala dan harapan hasil laut melimpah di masa mendatang. Di Bangka-Belitung  terdapat beberapa ritual seperti  Taber Laot, Selamat Laut dan Buang Jong. Pada kesempatan ini, kita akan mulai membahas ritual adat Taber Laot.

Taber Laot Kepulauan Bangka Belitung

Taber merupakan salah satu upacara adat Bangka-Belitung, terdiri dari Taber Laot dan Taber Darat. Bertujuan untuk membuang bala ( musibah ) dan sial ( kemalangan). Upacara Taber telah dilaksanakan sejak zaman dahulu dan terus berkesinambungan hingga saat ini.

Tradisi Taber Laot dari kata “ Naber  berarti netral dan aman” dan “Laot  berarti lautan”. Sebuah tradisi upacara adat sebagai bentuk rasa syukur masyarakat pesisir pantai atas hasil laut yang melimpah, harapan akan berkah hasil melaut yang berlimpah di waktu mendatang, dan keselamatan berupa tolak bala [1] bagi nelayan yang mencari nafkah  dengan mengarungi laut. Laut telah menjadi sumber pencaharian utama yang tidak dapat dipisahkan bagi masyarakat pesisir pantai.
Peta Kabupaten Bangka Tengah - harianrealitanews.files.wordpress Images

Diselenggarakan oleh masyarakat Batu Beriga (Kecamatan Lubuk Besar; Kabupaten Bangka Tengah), Desa Kurau, Desa Kurau Barat dan di Pantai Tanjungputat (Kecamatan Belinyu - Kabupaten Bangka).

A.      Ritual Taber Laot di Pantai Tanjung Berikat, Desa Batu Beriga, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah
Taber Laot; Batu Beriga - news.108jakarta Images
      Ritual diselenggarakan setahun sekali pada bulan April, dengan tanggal tergantung dari petunjuk Tetua Adat. Setelah menerawang hari baik, sang Tetua Adat biasanya akan memberi tahu warga melalui aparat desa dan upacara dipimpin langsung olehnya. 

Persiapan ritual berupa ayam panggang yang ditaburi oleh dua helai daun (daun selasih dan daun ati-ati). Dibawa ke tepian pantai dengan dilanjutkan membaca doa. Setelah doa selesai, hidangan yang telah dibacakan doa kemudian dibagi-bagikan kepada sebagian warga yang menyaksikan.

Tiap-tiap warga Desa Batu Beriga juga turut “menganggung[2]  bersama ke tepi pantai. Setelah acara ritual selesai dilakukan, mereka makan bersama dari makanan yang telah dibawa tersebut. Acara berlangsung dengan meriah yang dihadiri pula para pejabat dan warga dari luar desa.

Masyarakat Desa Batu Beriga wajib tidak pergi melaut selama 3 hari setelah ritual dilaksanakan. Masyarakat dari desa lain turut mengerti dan mereka tidak akan pergi ke laut Desa Batu Beriga untuk memancing.

Nilai kearifan lokal yang dapat dijadikan teladan yaitu unsur religius, senasib sepenanggungan (solidaritas), persatuan (soliditas) dan penghormatan kepada alam.

Transportasi menuju Desa Batu Beriga dari Bandara Udara Depati Amir (Pangkalpinang) mengunakan taxi bandara ataupun transportasi umum menuju ke Kota Koba ( Ibukota Kabupaten Bangka Tengah) dengan jarak tempuh sekitar 60 Km. Memerlukan perjalanan sekitar 60 menit. Dari Kota Koba, dapat menyewa mobil menuju Desa Batu Beriga. Acara ritual Taber Laut diadakan di Pantai Tanjung Berikat berjarak 1-2 Km dari desa Batu Beriga (sekitar 1 jam dari Koba atau 2 jam dari kota Pangkalpinang menuju pantai Tanjung Berikat). 
Pantai Tanjung Berikat dari Udara - tagsecond.com Images


Pantai Tanjung Berikat

Pantai Tanjung Berikat - visitbangkabelitung.com Images
 
Pantai yang cantik pada saat matahari terbenam , air laut yang biru, deretan batu granit raksasa dan hamparan pasir putih. Terletak di sebelah timur Kota Koba yang berjarak kurang lebih 60 km. Terdapat sebuah mercusuar dan menjadi salah satu tujuan wisata Kabupaten Bangka Tengah. Upacara adat Taber Laot diadakan di pantai ini. Tahun 2010, pantai Tanjung Berikat menjadi salah satu tempat wisata untuk program “ Visit Babel Archy 2010”.

Foto – foto panorama Pantai Tanjung Berikat

Hamparan Rumput Menguning di Pantai Tanjung Berikat - lkitchen.net Images
 
Pantai Tanjung Berikat - lkitchen.net Images 1



Pantai Tanjung Berikat - lkitchen.net Images 2
Pantai Tanjung Berikat - lkitchen.net Images 3

B.      Ritual Taber Laot di Pantai Tanjung Putat, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka

Taber Laot Tanjung Putat - Menjelajahi Bangka-Belitung Images 1

Ritual dimulai dari persiapan hingga pelepasan seserahan ke tengah laut. Mengikuti petunjuk Tetua Adat setempat dengan iringan lantunan musik melayu. Berlangsung selama 6 hari 5 malam secara terus menerus. Selama prosesi acara terdapat pertunjukan tari dan para ibu bertugas mempersiapkan kebutuhan- kebutuhan seperti arang dan garam. Ritual seserahan dilakukan antara masyarakat setempat  dan pemilik seserahan. Dengan pernyataan pemilik seserahan sebagai berikut,

Kapal ini tidak saya jual, tapi akan saya tukar dengan hasil laut dan pesta rakyat”.
Tetua Adat menutupi mata Mediator  - Menjelajahi Bangka-Belitung Images
  
Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan seorang mediator [3] bagi penghuni laut. Mediator akan mengangkat seserahan di atas kepala dalam kondisi tak sadarkan diri. Pembantu dari Tetua Adat akan berusaha melepaskan seserahan tersebut.Tetua Adat menutupi mata sang mediator menggunakan kain putih. Lantas ia-pun menjadi sempoyongan. Lewat iringan musik melayu, sang mediator akan terus bergoyang dan memanjat tiang yang telah disediakan.

Seserahan dibawa menggunakan Kapal -  Menjelajahi Bangka-Belitung Images


Tetua Adat akan berusaha menyadarkan sang mediator dengan kembang kelapa. Seserahan selanjutnya dibawa menuju ke tengah laut untuk ditenggelamkan menggunakan sebuah kapal. Di tengah laut yang telah ditentukan oleh Tetua Adat, seserahan akan di-larung[4].Tetua Adat itu akan turut turun ke laut dan menyanyikan lagu melayu dengan iringan musik. 
Seserahan di-larung - Menjelajahi Bangka-Belitung Images

Akhirnya, Tetua Adat berhenti  menyanyi. Dalam kondisi setengah sadar, para pembantunya akan membantu menaikkan ke kapal. Acara ritual ini pun telah usai. Perlahan-lahan semua orang mulai meninggalkan lokasi peletakan seserahan tersebut.

Tetua Adat dibantu naik ke kapal - Menjelajahi Bangka-Belitung Images


Nganggung

Nganggung - Menjelajahi Bangka- Belitung Images


Adalah suatu tradisi baik yang hadir di masyarakat Melayu Bangka-Belitung. “Nganggung” berarti dipapah di bahu. Sebuah adat yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat. Dilakukan dengan membawa dulang atau talam khas melayu  yang ditutupi dengan tudung saji berisi makanan untuk santap makan bersama-sama.

Dulang berupa wadah dari kuningan, alumunium ataupun seng yang digunakan mengisi makanan dan ditutup dengan penutup dulang yaitu tudung saji. Terbuat dari anyaman daun pandan atau daun nipah.Tudung dicat dengan motif khas dan warna semarak yang didominasi warna merah, variasi kuning dan hijau.

Dibawa dari masing-masing rumah penduduk menuju suatu tempat pertemuan besar (seperti mesjid dan balai desa) atau tempat kegiatan adat.  Nganggung biasa diadakan pada saat panen lada, hari-hari besar keagamaan, ritual adat, menyambut tamu kehormatan, acara selamatan, pernikahan dan kematian.

Nganggung merupakan wujud dari motto masyarakat Bangka yaitu Sepintu Sedulang. Setiap rumah (sepintu – satu pintu) membawa satu dulang (sedulang). Sepintu Sedulang mencerminkan sifat kegotong royongan [5], persatuan, kekeluargaan kokoh, dan tali silahturahmi  yang erat antar warga masyarakat. Pada saat menyambut tamu kehormatan,  acara jamuan makanan disediakan secara bergotong lewat tradisi Nganggung. 

Terlihat pula dalam ucapan turut duka cita atas meninggalnya salah satu warga. Pada hari ke-7 masa berkabung, masyarakat akan mengadakan ritual doa bersama. Lewat tradisi Nganggung ini terdapat wadah turut membantu sesama  yang terkena musibah dan bentuk rasa peduli senasib-sepenanggungan.
.
Hidangan yang disajikan dapat berupa ketupat, lepet, masakan daging ayam, kue, buah-buahan dan sebagainya.Oleh para ibu, hidangan ditaruh dalam piring yang disusun melingkar dengan rapi. Jenis hidangan makanan akan berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing. 

Kaum laki-laki sebagai perwakilan dari setiap rumah berbondong-bondong membawa dulang ke tempat yang telah disepakati dengan sebelah tangan setinggi bahu dan menjadikan bahu sebagai penopang dulang. Setelah tiba di tempat, panitia akan menerima dan meletakkan dengan rapi. Dulang akan ditukar satu sama lain dengan maksud bisa saling menikmati makanan yang dibawa oleh orang lain. Duduk berbaris saling berhadap-hadapan dengan dulang diantara mereka. Hal menarik akan terjadi ketika waktu bersantap bersama. Antar warga satu sama lain akan saling bertukar , saling menawarkan dengan harapan ketika pulang, makanan yang dibawa akan habis.

Manfaat kearifan lokal dalam tradisi budaya Nganggung yaitu sebagai indentitas dan warisan budaya yang bernilai, pembentuk perilaku sosial, terapi psikologis masyarakat, dan pemersatu masyarakat.

Mari kita jaga dan lestarikan adat Taber Laot dan tradisi Nganggung. Setiap perhelatan tradisi adat  memiliki nilai makna kearifan dan mampu menjadi potensi wisata baik lokal maupun internasional. Salam Sepintu Sedulang...Vau-G/ www.bapang007.blogspot.com )

Catatan Kaki:
1.       ^  dijauhkan dari musibah dan marabahaya di laut.
2.       ^  tradisi Nganggung.
3.       ^  perantara atau penghubung antara penghuni laut dengan masyarakat setempat.
4.       ^  dilepaskan di atas permukaan air.
5.       ^  Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Referensi:
1.       Pantai Tanjung Berikat. 14 September 2010, Jam 12.46 WIB. Update 25 Januari 2016, Jam 20.10 WIB. bangkatengahkab.go.id. Diakses 16 April 2016, Jam 10.30 WIB.
2.       Upacara Adat Bangka Belitung. 2015.  Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3.       Stevany, Veronica. Menjelajahi Bangka Belitung – Sebuah Buku Panduan Wisata.
4.       Hamparan Pantai Pasir Putih di Beriga. Tourism n’ Traveller, travellere.blogspot.co.id. Diakses tanggal 16 April 2016, Jam 21.58 WIB.
5.       Makna Tradisi Nganggung di Bumi Pintu Sedulang. zonabangkabelitung.blogspot.co.id. Diakses tanggal 20 April 2016, Jam 09.15 WIB.
6.       Pemerintah Lakukan Pelestarian Adat Taber Laut Bangka Belitung. 29 April 2013, Jam 10.29 WIB. 108 Jakarta, news.108jakarta.com. Diakses tanggal 16 April 2016, Jam 09.27 WIB.
7.       Taber Laut di Tanjungputat.15 Juli 2012, Jam 22.56 WIB. bangka.tribunnews.com. Diakses tanggal 16 April 2016, Jam 09.35 WIB.
8.       Agus, Mohamad. 1 April 2015. Masyarakat Multicultural Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Masyarakat  Multicultural, bangkacultural.blogspot.co. id. Diakses tanggal 26 April 2016, Jam 17.52 WIB.
9.       Sahnastasia. 2015. Tinjauan Koreografi Tari Taber Darat sebagai Tari Upacara Adat di Desa Lampur Kecamatan Sungai Selan Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
10.    Pantai Tanjung Berikat. Visit Bangka Belitung – Come & Explore, visitbangkabelitung.com. Diakses tanggal 16 April 2016, Jam 09.50 WIB.
11.    Drs. H. Ajid Bin Tahir, M.si. Sistim Sosial Budaya Masyarakat Pesisir. Diakses tanggal 28 April 2016, Jam 09.57 WIB.



1 comment: