Friday 11 December 2015

Legenda Dewa Ne Zha - Sang Panglima Altar Utama

Dewa Ne Zha - archive.kaskus.co.id images
Ne Zha yang lahir pada zaman Dinasti Shang pada tanggal 9 bulan 9 tahun 1766-1402 SM di kota Chen Tang Guan. Ayah Ne Zha  bernama Li Jing, seorang Panglima tertinggi Kota Chen Tang Guan. Jendral Li Jing  memiliki 2 orang putera yaitu Jin Zha dan Mu Zha.

Sang Ibu sedang mengandung selama 36 bulan. Tanda kelahiran diperoleh lewat mimpi Ibunya. Dengan kedatangan seorang pendeta Tao yang membawa sebuah bola berwarna merah yang dilemparkan ke perut Sang Ibu. Bola itu lalu masuk dan Ibunya langsung tersadar. Seketika itu pula, Sang Ibu merasakan perut begitu  sakit sekali. 

Yang lahir bukanlah seorang bayi tetapi hanya sebuah bola daging yang bergulir kian kemari. Jendral Li Jing terperanjat. Ia mengira telah lahir  seorang siluman dari kandungan istrinya. Dia segera mengambil pedang dan dibelahnya bola daging tersebut .Dari dalam melompat seorang anak kecil yang berpakaian merah dan tangan kanan memegang gelang emas.
Begitu muncul sang anak segera berteriak memanggil  Sang Jendral dengan panggilan Ayah. Jendral Li Jing sangat senang dan sayang pada putra yang ketiga ini dan di berinya nama Ne Zha.

Pada suatu hari Ne Zha kecil  mengajak pengasuhnya untuk bermain di sungai Jiu Wan He, karena hari yang begitu panas. Di sungai itu Ne Zha berendam dan berenang sepuas - puasnya. Pakaian penutup dada dan perut yang dibawanya sejak lahir dilepas dan dicuci. Dia tak menyadari bahwa hai ini akan mengundang bencana. Pakaian yang dikenakan itu adalah benda pusaka. Begitu dimasukkan ke dalam air, seketika itu juga air sungai menjadi merah dan mendidih. Dia tak tahu bahwa sungai Jiu Wan He adalah pintu masuk ke laut timur tempat  Raja Hai Long Wang ( Raja Naga Laut Timur ) tinggal.

Melihat sungai bergoncang dan banyak satwa air yang mati, Raja Hai Long Wang menjadi murka. Ia memerintahkan seorang pengawal laut untuk memeriksa. Pengawal ini melihat seorang anak kecil  yang mencuci pakaian telah menimbulkan bencana. Tanpa banyak bicara ia-pun menyerang. Ne Zha melihat seorang makhluk yang menakutkan menyerang. Tanpa pikir panjang , Ne Zha melemparkan gelang pusakanya. Benda itu telah menghantam kepala sang pengawal laut yang seketika itu juga tewas. Sang Raja Naga semakin murka, maka  ia mengutus putranya, Ao Ping, untuk menangkap dan menghukum Ne Zha. Pangeran Naga ini pun ternyata kalah dan tewas. Seperti tak terjadi sesuatu apapun, Ne Zha pulang menemui ayahnya dan menceritakan hal tersebut. Sang ayah marah sekali, sebab peristiwa itu akan menjadi masalah yang besar. 

Hal ini terbukti, Raja Hai Long Wang datang menemui Li Jing meminta pertanggung jawaban atas kelakuan anaknya. Akhirnya Ne Zha rela menerima hukuman sebagai bentuk tanggung jawab atas masalah yang telah terjadi. Di hadapan Sang Raja Naga, Ne Zha meninggalkan raga. Rohnya pergi menemui Sang guru yaitu Tai Yi Zhen Ren.  Untuk mengingat Ne Zha, Ibu nya mendirikan sebuah Kuil. Kuil tersebut  selalu ramai dikunjungi orang. 

Melihat hai ini, Li Jing menjadi gusar sekali. Ia menganggap Ne Zha adalah bencana bagi keluarga. Diperintahkan untuk membongkar kuil tersebut dan selanjutnya melarang orang - orang datang ke tempat itu lagi.

Berkat Sang Guru Tai Yi, Ne Zha telah dapat dihidupkan kembali. Ne Zha diajarkan ilmu tombak dan diwarisi  senjata pusaka berupa roda angin-api.

Melihat kejadian pembongkaran kuil, Ne Zha menjadi marah kepada Sang Ayah. Ne Zha bermaksud datang menemui Sang Ayah untuk berbicara mengenai hal ini. Namun karena tidak dapat mengendalikan diri, Ne Zha menjadi bertarung dengan Sang Ayah. Untung  datang seorang Pendeta Wen Shu Guang Fa Tian Zun yang melerai . Untuk sementara, Sang Pendeta memasukkan Ne Zha ke dalam sebuah Pagoda Wasiat.

Atas permintaan Guru Tai Yi, Ne Zha kembali dibebaskan dengan syarat meminta maaf, berjanji untuk tidak mengulangi tindakan ini,  serta bersikap hormat kepada Sang Ayah. Untuk menjaga kelakuan Ne Zha, Jendral Li Jing  memperoleh Pagoda Wasiat. 

Ne Zha harus mengumpulkan kebajikan untuk dapat menjadi Dewa, Dengan menggunakan senjata pusaka berupa tombak berujung api , gelang emas, dan mengendarai sepasang roda api-angin, Ne Zha senantiasa membantu umat manusia. Setelah menjadi Dewa, Ne Zha bergelar Panglima Altar Tengah yang  bertugas memimpin pasukan langit.

Hari kebesaran  Ne Zha diperingati setiap tanggal 9 bulan 9 penanggalan Imlek. Karakter Dewa Ne Zha digambarkan oleh filsuf Tiongkok dengan “ Sang Aku/Ego” yang terdapat pada setiap diri manusia. Kita sulit untuk menyadari keberadaan Sang Aku.  Dalam kontek Buddhisme dikenal pula dengan Anatta.  Sesungguhnya manusia hanya terdiri dari tubuh ( jasmani) dan bathin ( perasaan, kesadaran, pencerapan, dan bentuk-bentuk pikiran). Ketika kita menyadari hal ini, sedikit demi sedikit  rasa tersinggung (benci) dan serakah ( milikku) menjadi terkikis. Karena tidak ada lagi yang disebut “milikku” . Tidak ada lagi bagian dari diriku yang sepatutnya menjadi tersinggung, benci , terhina atas permasalahan yang terjadi. Dan semua hal yang tidak menyenangkan ( tersinggung, benci dan lain-lain) pada akhirnya  akan berlalu ( Anicca). Dengan pemahaman yang benar akan “ Sang Aku”, setiap orang akan terlepas dari penderitaan jasmani-bathin dan menjadi berbahagia…(Vau-G/www.bapang007.blogspot.com)

Referensi:
1.          ^ Saptono, Andri;  Pangu, Fuxi, & Nuwa – Kisah –kisah Mitologi China; Penerbit bukuKatta; Jakarta; 2010.
2.          ^ Tiong Tan Goan Swee Lo Cia Sam Tay Cu, https://www.facebook.com/media/set/?set=a.200356713406595.39161.100002968049014&type=3&comment_id=681533471955581&offset=0&total_comments=15&comment_tracking={%22tn%22%3A%22R2%22}, Facebook, Diakses tanggal  1 Desember 2015, Jam 21.00 WIB.

3.          ^ Tiong Tan Goan Swee/Lo Cia/Na Cha/ Sam Thay Cu, https://id-id.facebook.com/media/set/?set=a.223624667689468.72350.223138241071444 , Facebook- Thian Tan Kiong Temple of Manado, Diakses tanggal 10 Desember 2015, Jam 21.30 WIB.

1 comment: