|
Dewa Ne Zha - archive.kaskus.co.id images |
Ne Zha yang lahir pada zaman Dinasti Shang pada tanggal 9
bulan 9 tahun 1766-1402 SM di kota Chen Tang Guan. Ayah Ne Zha
bernama
Li
Jing, seorang Panglima tertinggi Kota Chen Tang Guan. Jendral Li Jing memiliki 2 orang putera yaitu Jin Zha dan Mu
Zha.
Sang Ibu sedang mengandung
selama 36 bulan. Tanda kelahiran diperoleh lewat mimpi Ibunya. Dengan kedatangan
seorang pendeta Tao yang membawa sebuah bola berwarna merah yang dilemparkan ke
perut Sang Ibu. Bola itu lalu masuk dan
Ibunya langsung tersadar. Seketika itu pula, Sang Ibu merasakan perut begitu sakit sekali.
Yang lahir bukanlah seorang bayi tetapi hanya
sebuah bola daging yang bergulir kian kemari. Jendral Li Jing terperanjat. Ia
mengira telah lahir seorang siluman dari
kandungan istrinya. Dia segera mengambil pedang dan dibelahnya bola daging
tersebut .Dari dalam melompat seorang anak kecil yang berpakaian merah dan
tangan kanan memegang gelang emas.
Begitu muncul sang anak segera berteriak memanggil Sang Jendral dengan panggilan Ayah. Jendral
Li Jing sangat senang dan sayang pada putra yang ketiga ini dan di berinya nama
Ne Zha.
Pada suatu hari Ne Zha kecil mengajak pengasuhnya untuk bermain di sungai
Jiu Wan He, karena hari yang begitu panas. Di sungai itu Ne Zha berendam dan
berenang sepuas - puasnya. Pakaian penutup dada dan perut yang dibawanya sejak
lahir dilepas dan dicuci. Dia tak menyadari bahwa hai ini akan mengundang
bencana. Pakaian yang dikenakan itu adalah benda pusaka. Begitu dimasukkan ke
dalam air, seketika itu juga air sungai menjadi merah dan mendidih. Dia tak
tahu bahwa sungai Jiu Wan He adalah pintu masuk ke laut timur tempat Raja Hai Long Wang ( Raja Naga Laut Timur )
tinggal.
Melihat sungai bergoncang dan banyak satwa air yang
mati, Raja Hai Long Wang menjadi murka. Ia memerintahkan seorang pengawal laut
untuk memeriksa. Pengawal ini melihat seorang anak kecil yang mencuci pakaian telah menimbulkan bencana.
Tanpa banyak bicara ia-pun menyerang. Ne Zha melihat seorang makhluk yang
menakutkan menyerang. Tanpa pikir panjang , Ne Zha melemparkan gelang
pusakanya. Benda itu telah menghantam kepala sang pengawal laut yang seketika
itu juga tewas. Sang Raja Naga semakin murka, maka ia mengutus putranya, Ao Ping, untuk menangkap
dan menghukum Ne Zha. Pangeran Naga ini pun ternyata kalah dan tewas. Seperti
tak terjadi sesuatu apapun, Ne Zha pulang menemui ayahnya dan menceritakan hal
tersebut. Sang ayah marah sekali, sebab peristiwa itu akan menjadi masalah yang
besar.
Hal ini terbukti, Raja Hai
Long Wang datang menemui Li Jing meminta pertanggung jawaban atas kelakuan
anaknya. Akhirnya Ne Zha rela menerima hukuman sebagai bentuk tanggung jawab
atas masalah yang telah terjadi. Di
hadapan Sang Raja Naga, Ne Zha meninggalkan raga. Rohnya pergi menemui Sang
guru yaitu Tai Yi Zhen Ren. Untuk
mengingat Ne Zha, Ibu nya mendirikan sebuah Kuil. Kuil tersebut selalu ramai
dikunjungi orang.
Melihat hai ini, Li Jing
menjadi gusar sekali. Ia menganggap Ne Zha adalah bencana bagi keluarga. Diperintahkan
untuk membongkar kuil tersebut dan selanjutnya melarang orang - orang datang ke
tempat itu lagi.
Berkat Sang Guru Tai Yi, Ne
Zha telah dapat dihidupkan kembali. Ne Zha diajarkan ilmu tombak dan diwarisi senjata pusaka berupa roda angin-api.
Melihat kejadian pembongkaran
kuil, Ne Zha menjadi marah kepada Sang Ayah. Ne Zha bermaksud datang menemui
Sang Ayah untuk berbicara mengenai hal ini. Namun karena tidak dapat
mengendalikan diri, Ne Zha menjadi bertarung dengan Sang Ayah. Untung datang seorang Pendeta Wen Shu Guang Fa Tian
Zun yang melerai . Untuk sementara, Sang Pendeta memasukkan Ne Zha ke dalam sebuah
Pagoda Wasiat.
Atas permintaan Guru Tai Yi,
Ne Zha kembali dibebaskan dengan syarat meminta maaf, berjanji untuk tidak
mengulangi tindakan ini, serta bersikap hormat
kepada Sang Ayah. Untuk menjaga kelakuan Ne Zha, Jendral Li Jing memperoleh Pagoda Wasiat.
Ne Zha harus mengumpulkan
kebajikan untuk dapat menjadi Dewa, Dengan menggunakan senjata pusaka berupa
tombak berujung api , gelang emas, dan mengendarai sepasang roda api-angin, Ne
Zha senantiasa membantu umat manusia. Setelah menjadi Dewa, Ne Zha bergelar
Panglima Altar Tengah yang bertugas
memimpin pasukan langit.
Hari kebesaran Ne Zha diperingati setiap tanggal 9 bulan 9
penanggalan Imlek. Karakter Dewa Ne Zha digambarkan oleh filsuf Tiongkok dengan
“ Sang Aku/Ego” yang terdapat pada setiap diri manusia. Kita sulit untuk menyadari
keberadaan Sang Aku. Dalam kontek
Buddhisme dikenal pula dengan Anatta.
Sesungguhnya manusia hanya terdiri dari tubuh ( jasmani) dan bathin (
perasaan, kesadaran, pencerapan, dan bentuk-bentuk pikiran). Ketika kita
menyadari hal ini, sedikit demi sedikit
rasa tersinggung (benci) dan serakah ( milikku) menjadi terkikis. Karena
tidak ada lagi yang disebut “milikku” . Tidak ada lagi bagian dari diriku yang
sepatutnya menjadi tersinggung, benci , terhina atas permasalahan yang terjadi.
Dan semua hal yang tidak menyenangkan ( tersinggung, benci dan lain-lain) pada
akhirnya akan berlalu ( Anicca). Dengan
pemahaman yang benar akan “ Sang Aku”, setiap orang akan terlepas dari penderitaan
jasmani-bathin dan menjadi berbahagia…(Vau-G/www.bapang007.blogspot.com)
Referensi:
1.
^ Saptono, Andri; Pangu, Fuxi, & Nuwa – Kisah –kisah Mitologi
China; Penerbit bukuKatta; Jakarta; 2010.
bagus sekali untuk dibaca
ReplyDeletebpom bogor