Di sebuah desa di Penagan ( 50 Km dari
Pangkalpinang), hiduplah seorang tukang ramal bernama Mak Per bersama dengan
istrinya, Mak Udak. Mak Per adalah tukang ramal yang termasyhur di daerah
Penagan. Mak Per mempergunakan alat berupa labu dan parang yang tak bergagang
untuk meramal.
Berita ini
pun terdengar oleh Raja dari Kota Kapur (60 Km dari Pangkalpinang) dan berminat
untuk menguji kemampuan Mak Per.
Mak Per
disuruh menghadap Raja dan diminta untuk menebak isi dari suatu peti yang ada
di kapal Raja dalam waktu 7 hari. Jika berhasil, Mak Per akan diangkat
menggantikan Raja dan mendapatkan 10 kapal layar. Tetapi, bila tidak dapat
menebak, Mak Per akan dihukum.
Mendengar
hal ini, Mak Per menjadi bingung dan takut. Ia segera mencari cara agar dapat
menebak isi peti itu. Setelah berpikir, akhirnya Mak Per memutuskan untuk pergi
ke kapal mencari tahu isi di dalam peti.
Selama 6
hari, Mak Per menguping pembicaraan, namun belum juga berhasil. Pada hari
ke-tujuh, barulah salah seorang anak buah kapal bercerita mengenai isi peti
yang berupa seekor ayam berbulu putih dengan balung merah dan kakinya berwarna
kuning.
Bagaikan
kejatuhan rezeki, Mak Per pulang sambil bersiul-siul dan tertawa-tawa sendiri.
Mak Udak mengira Mak Per kerasukan roh jahat dari laut.
Keesokan
harinya, Mak Per dijemput pengawal untuk menghadap Raja. Sesampainya di istana,
labu dan parang tak bergagang segera disiapkan. Mak Per mulai berkomat-kamit
membacakan mantra sambil mengayunkan parangnya di atas labu. Tiba-tiba Mak Per
berteriak-teriak seperti orang kerasukan roh.
Mak Per
berhenti sejenak. Sementara itu, Raja dan rakyat menanti dengan hati
berdebar-debar. Tiba-tiba saja Mak Per berkata lagi, “I…i… isi peti ini, ayam
ber…bulu pu…tih, ba…ba…lungnya merah, kakinya kuning.
Rakyat
dengan berdebar-debar menyaksikan kejadian itu. Ketika peti dibuka, ternyata
isinya seekor ayam putih, balungnya merah, dan kakinya kuning.
Sesuai
dengan janjinya, Raja menyerahkan istana dan 10 kapal kepada Mak Per. Namun Mak
Per adalah orang yang baik. Ia hanya meminta harta sebagai gantinya. Jadilah
Mak Per dan Mak Uda, orang yang kaya-raya dan hidup berbahagia.
Kesimpulan:
Cerita ini
merupakan dongeng.
Pesan yang dapat diambil dari cerita ini
adalah sifat sombong untuk mencoba kemampuan orang lain adalah sifat yang tidak
baik yang akan merugikan diri sendiri. Kita harus bersikap rendah hati sehingga
hidup kita akan menjadi baik dan bahagia. (Vau-G/www.bapang007.blogspot.com).
Referensi:
1. ^ Rina Hendra Salam dan Seno
Budiharto, Seri Pendidikan Budaya – Cerita Rakyat dari Bangka (Sumatra Selatan)
, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1997.
2. ^ Cerita Mak Per
- Cerita Rakyat Sumatera Selatan, http://astribukuanak.blogspot.co.id/2014/05/kisah-mak-per-cerita-rakyat-sumatera.html
3. ^ www.jawaban.com images
No comments:
Post a Comment