![]() |
Yuan Xiao Jie - traditions.cultural-china.com images |
Perayaan Yuan Xiao Jie populer dirayakan Negeri Tiongkok. Bulan Pertama ( Zhen Yue - 正月) dalam penanggalan Imlek disebut juga dengan istilah “Yuan
Yue [元月]”. Dalam bahasa Mandarin, malam disebut juga
dengan istilah “Xiao - 宵“. Yuan
Xiao berarti Malam Bulan Purnama Pertama
di Tahun Baru Imlek. Banyak lampion-lampion yang digantungkan hingga
dikenal pula dengan Festival Lampion. Saat festival Yuan Xiao diadakan juga Festival Shang Yuan - 上元节.
Kisah Perayaan Yuan
Xiao Jie
Pada masa pemerintahan Kaisar Wu Di ( 156 -87 BC) dari Dinasti Han, di Istana tinggal seorang
wanita bernama Yuan Xiao yang berasal dari daerah Barat-Laut ibu kota Chang’an. Sejak memasuki Istana, para dayang dilarang untuk pulang
berkumpul dengan keluarga. Yuan Xiao telah beberapa tahun tidak dapat
mengunjungi orang tuanya. Ia merasa rindu dan telah menjadi anak yang tidak
berbakti. Hal ini membuatnya sedih. Rasa
bakti kepada orang tua merupakan suatu nilai hidup yang telah ditanamkan sejak
zaman dahulu. Rasa putus asa yang mendera, membuat Yuan Xiao ingin melompat ke dalam sumur.
Untungnya, seorang penasehat Sang
Kaisar, Dongfang Shuo melihat kejadian tersebut . Dongfang Shuo segera mencegah
dan dapat pula mengetahui penyebab dari
kejadian tersebut. Penasehat bijaksana ini berjanji mencari jalan keluar
atas permasalahan ini.
Sang Penasehat memutuskan menyamar menjadi ahli ramal di kota
Chang’an. Ia mengelar lapak dan menyatakan bahwa pada tanggal 15 bulan 1, akan
terjadi kebakaran hebat. Sang Peramal meminta agar para tetua untuk menemui
wanita berpakaian merah di luar kota di sebelah barat laut. Setelah bertemu, wanita
tersebut memberikan surat untuk diberikan kepada Kaisar Wu Di. Dan berpesan
bahwa, Kaisar Langit memerintahkan Dewa
Api pada tanggal 15 ini akan membakar seisi kota.
Setelah membaca surat tersebut dengan seksama, Kaisar
menjadi khawatir dan segara memanggil Penasehat untuk dimintai pendapat.
Sang Penasehat bijaksana memberikan saran bahwa seluruh rakyat
harus menggantungkan lampion merah di pintu-pintu rumah, jembatan dan
jalan-jalan pada tanggal 15 bulan 1 dan menyalakan petasan serta kembang api .
Kerajaan akan membuat persembahan berupa makanan berbentuk bola dari tepung beras ketan yang disajikan
bersama kuah manis. Konon Sang Dewa Api senang memakan bola ketan. Sang
Penasehat memberitahukan Sang Kaisar
bahwa di Istana, ada seorang dayang bernama Yuan Xiao yang sangat pandai
membuat makanan bola ketan. Dan meminta dayang tersebut juga yang membawa
persembahan beserta lampion sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Api. Oleh
Penasehat, lampion tersebut tertulis nama “Yuan Xiao”.
Pada tanggal
15, Chang’an menjadi merah menyala penuh lautan lampion. Diharapkan agar Kaisar
Langit mengira seluruh kota telah terbakar. Yuan Xiao yang memasuki kota
Chang’an dengan membawa lampion tertulis namanya, ternyata membuat keluarganya
mengenali bahwa itu adalah putri mereka, Yuan Xiao yang telah lama dirindukan.
Sekeluarga menjadi terharu dan bahagia atas
pertemuan ini.
Kaisar Wu Di senang, kota Chang'an menjadi aman dan damai. Diumumkan setiap tanggal 15 bulan 1 untuk menggantung lampion dan membuat serta makanan bola ketan. Orang-orang menyebut bola ketan ini dengan sebutan Yuan Xiao. Demikianlah asal-usul festival Lampion dan makanan bola ketan bernama Yuan Xiao pada tanggal 15 bulan 1 penanggalan Imlek.
![]() |
Yuan Xiao - windhorsetour.com images |
Yuan Xiao atau Onde merupakan makanan khas berbentuk bola yang dibuat dari tepung beras
ketan dengan kuah rebusan gula. Biasa di
konsumsi di daerah Tiongkok bagian Utara. Sedangkan di Tiongkok bagian selatan,
onde dikenal dengan nama Tang Yuan yang dikonsumsi pada waktu perayaan Dong Zhi
( Festival Musim Dingin).
Di Indonesia sendiri,
festival Yuan Xiao Jie lebih dikenal dengan sebutan “Cap Go Meh” yang artinya adalah malam ke-15
Tahun Baru Imlek. Berasal dari bahasa Hokkian yaitu yaitu Cap – Sepuluh;
Go-Lima; dan Meh – Malam. Cap Go Meh merupakan festival yang jatuh pada tanggal
lima belas bulan pertama kalender Imlek. Sebagai bulan purnama pertama di tahun
yang baru, juga sekaligus hari terakhir
dan puncak dari perayaan Tahun Baru Imlek.
Perayaan Cap Go Meh bersifat sosial dan merupakan “pesta
rakyat” di pusat keramaian seperti di jalan raya dan Klenteng. Diisi dengan kegiatan
berbagai atraksi dan hiburan budaya.
![]() |
Atraksi Lok Thung - wpxi.com images |
Saat ini perayaan Cap Go Meh terdapat tarian Liong (Naga) , Barongsai, atraksi bela
diri, upacara kirab dengan mengusung patung Dewa dan hiasan dekorasi kota
berupa lampion. Pada acara kirab, kerap kali diisi atraksi “Lok Thung atau
Thang Sin” dimana seseorang menjadi “ medium perantara” bagi Dewa sehingga
mampu melakukan beberapa kegiatan berbahaya seperti menusuk mulut, menyayat
lidah dan mengiris anggota tubuh tanpa mengalami luka dan kesakitan yang
berarti.
Perayaan Cap Go Meh
di Jakarta Masa Silam
Pada awal abad ke-20, perayaan Cap Go Meh di Jakarta, terdapat orang menari-nari di jalan
raya hingga pagi hari. Sejumlah orang menyamar menjadi tokoh terkenal seperti
Rudolph Valentino dan Douglas Fairbang ( tokoh Zorro dalam “Mark of Zorro”).
Kegiatan menyamar bertujuan untuk membuang kemalangan dimana harus dilakukan
hingga 7x berturut-turut. Masih terdapat satu atau dua rombongan orang asli
Tiongkok yang berjalan sambil membawa lampion diiringi dengan te-tambuhan khas.
Perayaan ini diramaikan juga oleh orang keturunan Belanda, Arab, Jawa, Bali,
Makasar, dan lain-lain.
Para wanita berjalan sambil membawa hio sebanyak 7 batang untuk
dibakar di 7 buah jembatan yang diyakini dapat mendatangkan kebaikan. Pada
festival Cap Go Meh, orang tidak boleh
marah dan menyumpahi orang lain. Karena sumpah serapah itu akan kembali
kepadanya. Ini menginspirasi para pemuda
bandel yang senang berbuat usil kepada lawan jenis lewat
merampas bunga-bunga yang dibawa oleh para wanita. Terjadilah permainan saling
rebut yang penuh kegembiraan. Supaya aman dari aksi usil, terkadang bunga-bunga
tersebut telah diberi jarum.
Aneka pertunjukan juga turut dipertontonkan selama festival seperti
Wayang Cokek , Wayang Sip Pat Moh, Komedi Bangsawan Stambul dan Wayang Sinpe.
Wayang Cokek ditarikan oleh empat wanita berbaju kurung aneka warna. Diiringi
musik Gambang Kromong dengan sepasang badut bernama Empe Sin Siang dan Mak
Babu. Sedangkan Wayang Sip Pat Moh dengan
dua orang berpakaian Tiongkok kuno membawa tambur sambil menyanyikan lagu dalam
bahasa Tionghoa. Lain dengan Wayang Sinpe yang berasal dari Tangerang ,
dimainkan oleh anak-anak dibawah pengarahan dan pengiring lagu oleh orang
dewasa. Alat musik yang digunakan adalah Tehian (rebab). Cerita Wayang Sinpe
berupa cerita Tiongkok kuno dan Lakon Bayan Budiman dari Kisah Seribu Satu
Malam.
Orgel putar orang-orang Italia pun turun meramaikan acara
Cap Go Meh. Pada masa silam, diisi pula pertunjukan magis Nini Thowok. Boneka
dari kayu dengan gayung batok kelapa sebagai kepala, dipakaikan pakaian dan
mampu menari setelah diucapkan mantera. Terdapat “Cungge” semacam tandu
berhias, duduk anak kecil berpakaian
kostum tokoh mitologi seperti Sie Jin Kui-pun turut meramaikan acara.
Barongsai turut turun berpawai di jalan dan mengunjungi
rumah orang-orang kaya. Orang kaya tak lupa memberi angpao yang cukup besar. Terkadang
di depan toko dipasangi rencengan petasan besar yang menggantung di tiang-tiang
tinggi, dengan ujung diikat angpao. Angpao ini khusus rombongan barongsai yang
pandai berakrobat, memanjat tiang yang tinggi yang telah digantung petasan yang
terbakar. Banyak warga yang berharap untuk didatangi oleh hewan mitologi ini. Karena
dipercaya mampu mengusir makhluk jahat, penyakit dan kemalangan bagi seluruh penghuni
rumah.
Kebiasaan unik saat festival yaitu mendengarkan kata-kata
yang diucapkan oleh orang yang lalu lalang di depan rumah pada waktu jalanan
sepi. Menurut kepercayaan, kata-kata yang telah diucapkan merupakan ramalan
nasib.
Pesta Cap Go Meh dilanjutkan dengan pesta rakyat Cap Lak Me (
Malam Ke-enam belas) yang diadakan di daerah Tanah Abang, Pal Merah, dan
Meester Cornelis (sekarang Jatinegara).
Semarak Cap Go Meh di
Pulau Bangka
Salah satu daerah sebelah barat Pulau Bangka yaitu Parit
Tiga-Jebus merayakan festival Cap Go Meh dengan mengarak patung Thai Pak Kung dari Klenteng Bakti
menuju klenteng Kim Jung disertai iringan Barongsai, anak-anak dan orang dewasa
dengan kostum dewa-dewi, dan permainan drumband. Masyarakat umum datang dan
mendekati arak-arakan sambil membawa hio untuk bersembahyang di hadapan joli
(gotongan) Thai Pak Kung.
![]() |
Puri Tri Agung - bangka.tribunnews.com-images |
Vihara Puri Tri Agung di kawasan Pantai Tikus - Kecamatan
Sungailiat menyelenggarakan acara Cap Go Meh dengan mengundang beberapa artis
terkenal. Lengkap dengan sajian makanan khas seperti Lontong dan Thew Fu Fa -豆腐花
(kembang tahu siram sirup gula aren dan jahe)
Makanan Khas Cap Go
Meh
Lontong Cap Go Meh - wikipedia.org images |
Makanan khas festival Cap Go Meh di Indonesia adalah Lontong
Cap Go Meh. Terdiri dari potongan lontong, ayam opor, sambal goreng ati ampela, sayur lodeh terong
atau labu, telur pindang, bawang goreng, taburan bubuk Koya (campuran bubuk
kacang kedelai dan bubuk ebi - udang yang dikeringkan) ataupun dapat
ditambahkan abon sapi .
Lontong Cap Go Meh ditenggarai merupakan bentuk penyesuaian
dari hidangan onde dengan budaya setempat. Onde yang terbuat dari tepung beras
ketan, disesuaikan dengan beras nasi yang telah menjadi makanan utama
nusantara. Mengadopsi teknik pembuatan bakcang ( nasi ketan isi daging, jamur,
ebi, telur, dan bumbu kacang yang dibungkus
daun kelapa). Sajian opor ayam merupakan
modifikasi dari “sup ayam” Tiongkok dengan bumbu rempah masyarakat Jawa. Onde
yang bertekstur kenyal dan berwarna putih memiliki kemiripan dengan tektur dan
warna lontong. Kuah Onde yang manis berganti menjadi kuah santan berempah ,
gurih dan asin.
Kuah lontong yang berwarna kuning bermakna kemakmuran. Warna
merah sebagai warna perayaan Imlek tertuang pada warna sambal goreng ati ampela
sebagai simbol keberuntungan.
Lontong Cap Go Meh memiliki makna kebersamaan dan
kekeluargaan.
Lampion Cap Go Meh
![]() |
Lampion - flickr.com images |
Lampion adalah sarang lampu yang terbuat dari bambu yang
dibungkus dengan kain sutra.Diisi penerangan berupa lilin. Saat ini material
bambu digantikan dengan kawat besi dan kain sutra menjadi kain ataupun kertas.
Penerangan-pun telah berganti menggunakan bola lampu. Menggantung lampion
memiliki makna akan harapan hidup yang senantiasa terang-benderang di sepanjang
tahun.
Tarian Khas Cap Go
Meh
Tarian Liong (Naga) adalah pertunjukan khas festival Cap Go
Meh. Naga merupakan simbol keberuntungan dan kemakmuran bagi orang Tionghoa.
Tarian Naga dengan panjang sekitar 30
meter dibagi dalam 9 bagian dan badannya
terdiri 81 bulatan berupa cincin. Pertunjukkan tarian naga memerlukan
kerjasama yang baik oleh 20 orang pemain.
Naga menari mengikuti gerakan dan mengejar sebuah mutiara
yang disebut Liong Cu. Liong Cu merupakan simbol matahari dan kebijaksanaan...(Vau-G/www.bapang007.blogspot.com)
Referensi:
1.
^ Danandjaja,
James; Folklor Tionghoa ; PT. Pustaka
Utama Grafiti; 2007
2.
^ Christine dkk,
5000 Tahun Ensiklopedia Tionghoa 1, Penerbit St. Dominic Publishing, 2015
3.
^ Nio Joe Lan,
Peradaban Tionghoa Selajang Pandang, Penerbit Keng Po, Jakarta, 1961.
4.
^ Rika Theo dan
Fennie Lie, Kisah Kultur dan Tradisi Tionghoa Bangka, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta, 2014.
5.
^ Goh Pei Ki,
Origins of Chinese Festivals – Asal Mula Festival Cina, PT. Media Elex
Komputindo, Jakarta, 1997.
6.
^ Sylvia Lim & Ellen Conny,
Festival Lampion, PT. Elex Media Komputindo, 2010
7.
^ Bromokusumo,
Aji “Chen”; Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara; Penerbit Buku Kompas; Jakarta; 2013.
8.
^ 8 Festival
Budaya Orang Tionghoa, primabangka.com, diakses tanggal 16 Februari 2016, Jam 21.41 Wib.
|
9.
^ Listya Ayu Saraswati & P. Ayu Indah Wardhani, Perjalanan
Multikultural Dalam Sepiring Ketupat Cap Go Meh, Prosiding Seminar Internasional Multikultural
& Globalisasi 2012.
11.
^ Silviana, Yoan;
Fungsi dan Makna Penyambutan Imlek Pada Masyarakat Tionghoa Di Pematang
Siantar; Universitas Sumatera Utara; Medan; 2012.
12. ^ Puri Tri Agung Siapkan 2000 Porsi Lontong,
bangka.tribunnews.com, diakses tanggal 21 Februari 2016, Jam 22.00 Wib.
No comments:
Post a Comment