Tuesday, 25 November 2014

Makan Bersama

Makanan bukan sekadar sarana bertahan hidup. Dengan makanan, kita berteman, menjalin kasih, dan memanjatkan rasa syukur.

 

Makan bersama selalu menjadi bagian dari sejarah manusia. Dari Gua Qesem di dekat Tel Aviv, telah ditemukan bukti perjamuan yang dipersiapkan di perapian berumur 300.000 tahun. Tempat orang-orang berkumpul untuk makan bersama. Selain itu, dari balik timbunan abu Vesuvius ditemukan sebongkah roti berbentuk lingkaran dengan tanda irisan yang telah siap untuk dibagi-bagikan.

Ungkapan “Membelah roti bersama” menggambarkan kekuatan makanan dalam membangun hubungan, menghilangkan amarah, dan menimbulkan gelak tawa. Anak-anak merayakan ulang tahun pertama dengan gula-gula, dan keterkaitan makanan dengan cinta akan berlanjut seumur hidup. Dalam beberapa sistem kepercayaan sampai ke akhirat. Pada beberapa kebudayaan, makanan ditinggalkan di makam sebagai tanda bahwa mereka tidak dilupakan.

Bahkan di masa sulit, dorongan untuk merayakan tetap ada. Pada 1902, dalam ekspedisi Discovery ke Antartika yang dipimpin oleh Robert Falcon Scott, para kru mempersiapkan sajian mewah untuk merayakan Midwinter Day. Hari yang memiliki siang terpendek dan malam terpanjang dalam setahun. Bahan pangan melimpah dibawa ke kapal. Empat puluh lima ekor domba disembelih dan digantung di tali kapal, dibekukan oleh udara luar hingga waktu pesta tiba. Dinginnya udara, kegelapan, dan keterpencilan sejenak terlupakan. 

Sumber:  http://nationalgeographic.co.id

No comments:

Post a Comment