Tanggal 1 penanggalan Imlek menandai mulainya musim semi di
Tiongkok. Musim semi mengumandangkan kesegaran dan harapan akan kebahagiaan dan
kemakmuran di antara umat manusia. Pada saat Imlek [Ko Ngian dalam bahasa
Bangka] merupakan momen untuk menguat persaudaraan dan pertalian keluarga.
Makan malam bersama saat sam sip am pu [ tanggal 30 Imlek malam – malam tahun
baru Ko Ngian], saling mengunjungi antar
kerabat dan teman merupakan kegiatan yang berlangsung dari hari pertama hingga
hari ketiga Ko Ngian. Kegiatan bersama saat Ko Ngian mengingatkan tentang
pentingnya keluarga. Hari-hari menjelang Ko Ngian merupakan waktu-waktu yang
sibuk. Namun kegiatan mempersiapkan Ko Ngian oleh orang Tionghoa Bangka
dilakukan secara beguyur [bertahap], sehingga tidak menimbulkan keadaan lim si
lim kit alias kalang kabut [dalam bahasa Khek Bangka] pada waktu hari H.
Keperluan berbelanja pakaian, sandal, sepatu baru. Untuk
sandal dan sepatu, baru dapat membeli kembali setelah 1 bulan dari Ko Ngian.
Soalnya dipercaya akan membawa ketidakberuntungan. Secara sederhana, zaman
dahulu pembelian pakaian hanya sekali dalam setahun. Selain itu perlu belanja
perlengkapan sembahyang seperti hio, lilin, kimci, baju dan sandal sembahyang,
buah, kue, ayam, dan daging babi. Demikian pula menyediakan kue, makanan ringan
seperti empek-empek, bakmi, dan minuman untuk para tamu yang datang. Untuk
makanan ringan ini, merupakan tradisi baru yang berjalan selama Ko Ngian.
Sebelumnya hanya kue. Namun ini memberikan suatu pengalaman menarik. Dimana
walau hanya kue, tapi kita menjadi sempat untuk berbincang dengan seru. Tanpa disibukkan menyiapkan dan
membersihkan aneka makanan ringan. Sebetulnya ini sungguh merepotkan. Sedangkan
jika dibayangkan kemampuan orang untuk memakan makanan ringan, paling hanya di
3 rumah saja. Selebihnya sudah kurang mampu lagi. Mempersiapkan sembahyang leluhur. Membersihkan
rumah meliputi mencuci lantai, perabotan, menjemur kasur tidur, merenovasi
rumah meliputi mengecat rumah, memperbaiki bagian rumah yang rusak. Serta mencuci bersih kendaraan. Sebetulnya kegiatan
membersihkan ini memberikan efek kesehatan mental. Rasa tenang dan nyaman
muncul setelah keadaan kembali rapi dan bersih.
3 hari sejak hari pertama Ko Ngian, tidak diperbolehkan
untuk menyapu rumah. Karena rezeki yang datang akan ikut tersapu. Namun saat ini sudah lebih longgar dengan
tetap menyapu, namun kotorannya diletakkan di salah satu sudut di dalam rumah
atau dengan mengepel. Pada hari ke 3 ,
sampah dari seputaran rumah diambil sedikit, dimasukkan ke dalam karung. Dengan
ditambah hio 3 batang, 2 lilin, sedikit
kertas kimci dan sapu lidi bekas [ sapu lidi yang telah dipakai 1 tahun yang
telah lalu]. Dibuang di area pertigaan jalan [ sam kok lu]. Ini cukup sulit
dilakukan pada zaman sekarang. Karena akan menggangu kebersihan lingkungan. Sehingga
cukup diletakkan di tempat sampah.
Ko Ngian erat kaitannya dengan kebersihan. Tak hanya fisik
tapi berhubungan pula dengan kebersihan batin. Hutang-piutang perlu
diselesaikan pada waktu menjelang Ko Ngian. Dengan memiliki hutang, seseorang
menjadi tidak tenang sehingga menjadi tidak bahagia. Adanya harapan bahwa dalam tahun yang baru
membawa kedamaian dan kebahagiaan.
Kebersihan fisik yang menjadi perhatian seperti kuku tangan
dan kaki, memotong rambut, dan mencuci rambut, Untuk rambut sebelum Ko Ngian telah
dipotong. Memerlukan waktu 1 bulan kemudian baru boleh dipotong lagi. Ini salah
satu pantangan dalam potong rambut. Zaman dahulu, untuk membuat kuku terlihat
putih dan bersih, orang akan menggunakan pecahan beling dari gelas atau piring.
Pecahan tersebut digosok di atas permukaan kuku baik tangan maupun kaki.
Efeknya putih dan bersih. Bagian tubuh seperti di belakang leher yang cenderung
penuh daki, selain disikat dengan sikat sabut kelapa, dapat pula dibantu dengan
digosok minyak tanah. Seketika daki akan rontok. Sungguh pengalaman yang unik
dari orang zaman dahulu. Dapat dimaklumi, zaman dahulu, anak-anak lebih banyak
beraktivitas dengan permainan seperti mandi di sungai, bermain layangan, petak
umpet. Dimana sabun juga masih jarang, sehingga daki lebih mudah timbul. Perlu
juga untuk mencukur kumis bagi yang biasa mencukur kumis.
Pada hari Ko Ngian, tidak membicarakan hal negatif,
memecahkan barang, mengkonsumsi obat-obatan, makan bubur. Namun untuk kondisi
tertentu, hal-hal tersebut dapat dikesampingkan.
Sehari sebelum Ko Ngian, ada kegiatan sembahyang para
leluhur dan di klenteng setempat. Malam Ko Ngian diadakan makan malam bersama.
Anggota keluarga yang merantau, akan pulang dan ikut bergabung dalam acara.
Diusung semangat kesatuan dan keutuhan keluarga melalui makan malam bersama.
Angin Ko Ngian
Cuaca cukup unik menjelang Ko Ngian. Angin cenderung bertiup
sepanjang hari hingga malam, mulai bertiup sepoi-sepoi dan terus menerus. Sehingga
angin ini memberikan warna tersendiri ketika akan Ko Ngian.
Cahaya matahari
Matahari jam 18.00 WIB [dok.pribadi] |
Cahaya matahari yang muncul lebih lambat di pagi hari dan tenggelam
lebih lama di sore hingga jam 6 sore, cahaya matahari cenderung masih terang.
Hal ini mulai terasa 2 minggu menjelang Ko Ngian.
Asinan Bun Thong Choi
Bun Thong Choi [dok.pribadi] |
Membuat asinan bun thong choi [kucai]. Dari bun thong choi yang telah dibersihkan tinggal bagian umbi. Iris tipis jahe putih. Jemur seharian bun thong choi dan irisan jahe putih. Beri gula, cuka, dan garam. Dicampur di baskom, kemudian ditutup menggunakan kain untuk didiamkan satu malam. Pindahkan di dalam toples kaca dan ditutup rapat hingga 1- 2 minggu. Bun thong choi ini bermakna semoga semakin berkembang. Hingga memiliki harapan agar semakin maju. Pas malam Ko Ngian, bun thong choi sudah dapat dinikmati. Untuk para sahabat yang memiliki rasa nyeri atau ngilu di tubuh, untuk mengkonsumsinya secara terbatas.
Sit Cai (Vegetarian) ½ hari
Ada tradisi yang menjalankan sit cai setengah hari, saat hari pertama Ko Ngian. Dimana setelah jam
dua belas siang, sudah diperbolehkan untuk berbuka. Kue yang mengandung lemak
dari hewani, dan makanan berdaging, sementara tidak dikonsumsi selama puasa sit
cai.
Mandi air kembang
Untuk menambah keberuntungan, mandi malam [tgl 30 bulan 12
imlek] menggunakan air kembang yang dibuat dari campuran beberapa kembang, dan
perasan jeruk nipis.
Masakan Khas Ko Ngian
Setelah sembahyang baik leluhur, klenteng, dan altar rumah,
biasanya ada sejumlah persembahan berupa ayam dan daging babi. Nah ayam dan daging
babi ini dimasak mun. Dengan dimasak menggunakan kecap. Sehingga disebut ayam
mun. Masakan ini dapat tahan dikonsumsi lama. Cukup dipanaskan ulang, ayam mun
sudah siap konsumsi. Terkadang ayam yang jumlahnya banyak, dimasak ayam arak
dengan cocolan menggunakan garam. Ini jg memberikan efek hangat dan menyegarkan
tubuh.
Persembahyangan
Setiap menjelang Ko Ngian, untuk yang memiliki altar di
rumah, maka akan melakukan kegiatan bersih-bersih dan mengganti ornamen altar.
Ban Fuk [dok.pribadi] |
Tradisi sembahyang Dewa Thai Soi Sen Kiun. Memasuki bulan 12 penanggalan imlek hingga tanggal 16, biasanya melakukan persembahyangan ban fuk [ membayar keinginan atau ucapan terima kasih] dan tanggal 5 bulan 1 hingga tanggal 15 tahun baru imlek, biasanya melakukan persembahyangan hi fuk { memohon keinginan].
Sembahyang kepada Dewa Dapur. Untuk yang memiliki altar Dewa
Dapur, akan sembahyang tgl 23 bulan 12 Imlek. Mengantarkan Dewa Dapur naik ke
langit. Kemudian tgl 4 bulan 1 Imlek. Menyambut Dewa Dapur turun ke bumi.
Selain itu ada juga sembahyang leluhur menggunakan meja di
teras rumah. Sembahyang ini memerlukan kertas Pai Bui [ berisi nama leluhur]
ditancapkan di kaleng yang telah dilapisi kertas berwarna merah yang berisi
tanah pasir. Baru kertas Pai Bui dan hio ditancapkan. Perlu menulis kertas Pai
Bui di ahli penulisan. Biasa dapat ditemui di Jalan Ratu Tunggal [ dahulu Gg.
Bahagia]. Untuk yang memiliki altar leluhur, dapat langsung sembahyang di altar
leluhur. Persembahan berupa sam sang [ ayam dan daging babi], 3 macam kue dan 3
macam buah. Buah dan kue berjumlah ganjil misalnya 3 dan 5 buah. 3 cangkir
kecil teh dan 5 cangkir kecil arak. Penambahan masakan kesukaan leluhur selama
masih hidup, juga diperbolehkan. Selain
itu terdapat kertas perak, uang-uangan dari kertas, pakaian kertas dan sandal
kertas. Untuk yang kurang mampu, bisa sembahyang dengan 1 butir telur pun diperbolehkan.
Ayam untuk sembahyang yang digunakan adalah ayam kampung jam kai [ayam kampung jantan
yang telah dikebiri sejak kecil]. Ayam ini cenderung memiliki bobot yang lebih
berat dan perawakan ayam yang besar. Tekstur daging yang lunak. Sehingga jika
dimasak mun [kecap], begitu mengundang selera. Namun sekarang sudah cukup
jarang dan harganya lebih mahal dari ayam kampung biasa. Dahulu orang akan
memelihara ayam ini sendiri dengan pakan jagung dan irisan daging kelapa. Jadi seperti
menabung secara sedikit demi sedikit lewat ayam yang akan digunakan untuk
sembahyang. Sehingga pada waktu sembahyang, tidak terlalu memberatkan lagi.
Untuk yang biasa sembahyang di Klenteng setempat, perlu
mempersiapkan aneka persembahan seperti ayam, daging babi, buah dan kue. Ada pula yang mengangkat
orang tua angkat sebagai pelindung dari salah satu dewa, dewi atau Pakung.
Sehingga perlu mengadakan persembahyangan. Demikian yang memiliki altar sembahyang ( altar
Dewa-dewi) di rumah. Sehingga secara umum sembahyang bisa sampai 4 macam yaitu
di Klenteng setempat atau Klenteng orang tua angkat, Altar rumah, sembahyang
leluhur ( baik yang memiliki altar atau langsung di teras rumah}, dan
sembahyang Dewa Thay Sui { di depan teras rumah atau di klenteng setempat}.
Persembahyangan ini merupakan agama rakyat [folk religion] yang banyak
dijalankan oleh orang Tionghoa Bangka. Agama rakyat ini kental dengan
kepercayaan Dewa – Dewi jaman purba, shamanisme, dan animisme-dinamisme. Dimana
berpadu pula dengan unsur ajaran Tao, Kong Hu Cu,dan Buddha.
Sembahyang leluhur merupakan suatu kewajiban. Ini berkaitan
dengan, “ Jika kita minum air, maka kita harus selalu ingat kepada sumbernya.”
Persembahyangan ini membawa makna bahwa kita tidak melupakan asal keturunan dan
leluhur sendiri.
Membuka toko
Secara umum, orang Khek Bangka akan membuka usaha setelah
Kongian di hari ke-4. Jika mau membuka usaha di hari ke-3, perlu membuka usaha
di hari ke-2 atau di hari- 1 Ko Ngian.
Membuka toko di hari pertama Ko Ngian, jika sudah terjadi transaksi 1 x, maka
sudah boleh menutup toko. Harapan membuka usaha di hari pertama Ko Ngian, untuk
menerima keberuntungan.
Fung pao
Fung pao [ ang pao – bahasa Hokkian] merupakan bahasa Khek
yang berarti kertas merah. Pada zaman
dahulu, fung pao diberikan dengan memggunakan kertas berwarna merah yang
disebut fung ci. Pemberian fung pao dilakukan oleh orang yang telah menikah
kepada orang yang dituakan dan anak-anak. Orang yang telah menikah merupakan
batas antara masa kanak-kanak dan dewasa dan dianggap mapan secara keuangan.
Yang belum menikah, tetap berhak menerima fung pao, walaupun secara umur, sudah
dewasa. Fung pao memiliki nilai kebaikan, adanya harapan agar orang yang
menerima fung pao dapat menerima keberuntungan.
Menempel Fung Ci [kertas merah] di pohon
Kertas merah sebagai perlambang kegembiraan. Sehingga
harapan agar pohon-pohon dapat membawa keberuntungan.
Menempel kertas Fuk
Kertas fuk ditempelkan di pintu-pintu di rumah. Setiap
tahun, kertas fuk selalu diganti dengan yang baru.
Memasang hiasan Ten Lung
Ten Lung atau Lampion mulai dipasang menjelang Ko Ngian dan
dilepas setelah tgl 15 imlek. Untuk menambah kemeriahan, ditambahkan pula
ornamen-ornamen seperti dui lian (kalimat berpasangan ) di pintu, dan bunga mei
hua.
Menerima kedatangan Barongsai
Barongsai sebagai hewan mitologi, dipercaya mampu membawa
keberuntungan dan mengusir roh-roh jahat. Barongsai melambangkan semangat dan kegembiraan. Sehingga
saat Ko Ngian, ketika ada barongsai, orang akan menerima kedatangannya. Dengan
riuh tabuhan bunyi simbal dan tambur.
Setelah beratraksi, barongsai akan menghormat ke arah pintu rumah dan
altar rumah. Kita dapat memberikan fung pao sebagai tanda keberuntungan.
Ucapan Selamat Ko Ngian
Pai dengan mengepalkan tangan kanan di depan dada, lalu
dibungkus oleh telapak tangan kiri. Sambil mengucapkan Khiung Hi Sin Ngian { Selamat tahun baru}
atau Khiung Hi, …[ Khiu, Ji, Suk, Kung, Pho --- nama panggilan]. Sebelum
kemudahan mengirimkan ucapan selamat lewat telepon genggam. Zaman dahulu orang
mingirimkan kartu ucapan Ko Ngian lewat jasa pengiriman pos. Beberapa waktu
sebelum Ko Ngian, sudah mulai mengirimkan kartu ucapan. Trend ini masi
berlangsung hingga periode tahun 90-an. Sebelum tergantikan oleh teknologi
telepon genggam.
Pameo khas Ko Ngian Bangka
Pameo ini dalam bahasa Khek Bangka
Ngi eng – ngi luk
Hang lu ta cuk cuk
Menjelang Kongian, tanggal 25 – 26, jalan dengan tangan,
kaki di atas, dan kepala di bawah [ karena sudah sibuk mengurusi urusan Ko Ngian].
Hang lu ta kui ngap
Menjelang Kongian,
tanggal 27 – 28, jalan sambil ngomong sendiri [ berpikir apalagi yang
perlu disediakan untuk Ko Ngian. Jadi jalan sambil ngomong sendiri untuk
mengingat-ingat]
Ngi jit – ngi pat
Sam pha liong kat
Menjelang Kongian, tanggal 27 – 28, terserah saja [ ambil
keputusan yang sederhana saja, yang penting bisa Ko Ngian]
Ngian oi tew
Buk kha jiw lew
Phan pho oi cew
Aciaw o tew
Kak li kak sa jiw ngetew.
Ko ngian sudah mau tiba. Atap rumah bocor. Istri mau kabur. Anak
nakal
Tetangga rumah cari masalah.
Daftar Pustaka
1.
Budaya Masyarakat Cina di Desa Gedong Kabupaten
Bangka; Dwi Setiati, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian
Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang 2010
2.
Imlek; Andarini Trisnasari, Talenta Pustaka
Indonesia, 2010
3.
Jangan Asal Mengepal, Ini Makna di Balik Salam
Orang Tionghoa; travel.kompas.com, diakses tanggal 07 April 2024, jam 19.59
WIB.
4.
Dewa-Dewi Kelenteng; Ir. E. Setiawan, Yayasan
Kelenteng Sampookong, 1990.
5.
Kisah, Kultur, dan Tradisi Tionghoa Bangka; Rika
Tjeo dan Fennie Lie, Penerbit Buku Kompas, 2014.
6.
Membersihkan Rumah Dapat Menjaga Kesehatan
Mental, Ini Tipsnya; kompas.com, diakses tanggal 11 April 2024, jam 15.45 WIB