Monday 18 March 2024

Ko Ngian Tradisional Bangka

 

Tanggal 1 penanggalan Imlek menandai mulainya musim semi di Tiongkok. Musim semi mengumandangkan kesegaran dan harapan akan kebahagiaan dan kemakmuran di antara umat manusia. Pada saat Imlek [Ko Ngian dalam bahasa Bangka] merupakan momen untuk menguat persaudaraan dan pertalian keluarga. Makan malam bersama saat sam sip am pu [ tanggal 30 Imlek malam – malam tahun baru Ko Ngian],  saling mengunjungi antar kerabat dan teman merupakan kegiatan yang berlangsung dari hari pertama hingga hari ketiga Ko Ngian. Kegiatan bersama saat Ko Ngian mengingatkan tentang pentingnya keluarga. Hari-hari menjelang Ko Ngian merupakan waktu-waktu yang sibuk. Namun kegiatan mempersiapkan Ko Ngian oleh orang Tionghoa Bangka dilakukan secara beguyur [bertahap], sehingga tidak menimbulkan keadaan lim si lim kit alias kalang kabut [dalam bahasa Khek Bangka] pada waktu hari H.

Keperluan berbelanja pakaian, sandal, sepatu baru. Untuk sandal dan sepatu, baru dapat membeli kembali setelah 1 bulan dari Ko Ngian. Soalnya dipercaya akan membawa ketidakberuntungan. Secara sederhana, zaman dahulu pembelian pakaian hanya sekali dalam setahun. Selain itu perlu belanja perlengkapan sembahyang seperti hio, lilin, kimci, baju dan sandal sembahyang, buah, kue, ayam, dan daging babi. Demikian pula menyediakan kue, makanan ringan seperti empek-empek, bakmi, dan minuman untuk para tamu yang datang. Untuk makanan ringan ini, merupakan tradisi baru yang berjalan selama Ko Ngian. Sebelumnya hanya kue. Namun ini memberikan suatu pengalaman menarik. Dimana walau hanya kue, tapi kita menjadi sempat untuk berbincang dengan  seru. Tanpa disibukkan menyiapkan dan membersihkan aneka makanan ringan. Sebetulnya ini sungguh merepotkan. Sedangkan jika dibayangkan kemampuan orang untuk memakan makanan ringan, paling hanya di 3 rumah saja. Selebihnya sudah kurang mampu lagi.  Mempersiapkan sembahyang leluhur. Membersihkan rumah meliputi mencuci lantai, perabotan, menjemur kasur tidur, merenovasi rumah meliputi mengecat rumah, memperbaiki bagian rumah yang rusak. Serta mencuci  bersih kendaraan. Sebetulnya kegiatan membersihkan ini memberikan efek kesehatan mental. Rasa tenang dan nyaman muncul setelah keadaan kembali rapi dan bersih.

3 hari sejak hari pertama Ko Ngian, tidak diperbolehkan untuk menyapu rumah. Karena rezeki yang datang akan ikut tersapu.  Namun saat ini sudah lebih longgar dengan tetap menyapu, namun kotorannya diletakkan di salah satu sudut di dalam rumah atau dengan mengepel.  Pada hari ke 3 , sampah dari seputaran rumah diambil sedikit, dimasukkan ke dalam karung. Dengan ditambah hio 3 batang,  2 lilin, sedikit kertas kimci dan sapu lidi bekas [ sapu lidi yang telah dipakai 1 tahun yang telah lalu]. Dibuang di area pertigaan jalan [ sam kok lu]. Ini cukup sulit dilakukan pada zaman sekarang. Karena akan menggangu kebersihan lingkungan. Sehingga cukup diletakkan di tempat sampah.

Ko Ngian erat kaitannya dengan kebersihan. Tak hanya fisik tapi berhubungan pula dengan kebersihan batin. Hutang-piutang perlu diselesaikan pada waktu menjelang Ko Ngian. Dengan memiliki hutang, seseorang menjadi tidak tenang sehingga menjadi tidak bahagia.  Adanya harapan bahwa dalam tahun yang baru membawa kedamaian dan kebahagiaan.

Kebersihan fisik yang menjadi perhatian seperti kuku tangan dan kaki, memotong rambut, dan mencuci rambut, Untuk rambut sebelum Ko Ngian telah dipotong. Memerlukan waktu 1 bulan kemudian baru boleh dipotong lagi. Ini salah satu pantangan dalam potong rambut. Zaman dahulu, untuk membuat kuku terlihat putih dan bersih, orang akan menggunakan pecahan beling dari gelas atau piring. Pecahan tersebut digosok di atas permukaan kuku baik tangan maupun kaki. Efeknya putih dan bersih. Bagian tubuh seperti di belakang leher yang cenderung penuh daki, selain disikat dengan sikat sabut kelapa, dapat pula dibantu dengan digosok minyak tanah. Seketika daki akan rontok. Sungguh pengalaman yang unik dari orang zaman dahulu. Dapat dimaklumi, zaman dahulu, anak-anak lebih banyak beraktivitas dengan permainan seperti mandi di sungai, bermain layangan, petak umpet. Dimana sabun juga masih jarang, sehingga daki lebih mudah timbul. Perlu juga untuk mencukur kumis bagi yang biasa mencukur kumis.

Pada hari Ko Ngian, tidak membicarakan hal negatif, memecahkan barang, mengkonsumsi obat-obatan, makan bubur. Namun untuk kondisi tertentu, hal-hal tersebut dapat dikesampingkan.

Sehari sebelum Ko Ngian, ada kegiatan sembahyang para leluhur dan di klenteng setempat. Malam Ko Ngian diadakan makan malam bersama. Anggota keluarga yang merantau, akan pulang dan ikut bergabung dalam acara. Diusung semangat kesatuan dan keutuhan keluarga melalui makan malam bersama.

Angin Ko Ngian

Cuaca cukup unik menjelang Ko Ngian. Angin cenderung bertiup sepanjang hari hingga malam, mulai bertiup sepoi-sepoi dan terus menerus. Sehingga angin ini memberikan warna tersendiri ketika akan Ko Ngian.

Cahaya matahari

Matahari jam 18.00 WIB [dok.pribadi]

Cahaya matahari yang muncul lebih lambat di pagi hari dan tenggelam lebih lama di sore hingga jam 6 sore, cahaya matahari cenderung masih terang. Hal ini mulai terasa 2 minggu menjelang Ko Ngian.

Asinan Bun Thong Choi

Bun Thong Choi [dok.pribadi]

Membuat asinan bun thong choi [kucai]. Dari bun thong choi yang telah dibersihkan tinggal bagian umbi. Iris tipis jahe putih. Jemur seharian bun thong choi dan irisan jahe putih. Beri gula, cuka, dan garam. Dicampur di baskom, kemudian ditutup menggunakan kain untuk didiamkan satu malam. Pindahkan di dalam toples kaca dan ditutup rapat hingga 1- 2 minggu. Bun thong choi ini bermakna semoga semakin berkembang. Hingga memiliki harapan agar semakin maju. Pas malam Ko Ngian, bun thong choi sudah dapat dinikmati. Untuk para sahabat yang memiliki rasa nyeri atau ngilu di tubuh, untuk mengkonsumsinya secara terbatas.

Sit Cai (Vegetarian) ½ hari

Ada tradisi yang menjalankan sit cai setengah hari,  saat hari pertama Ko Ngian. Dimana setelah jam dua belas siang, sudah diperbolehkan untuk berbuka. Kue yang mengandung lemak dari hewani, dan makanan berdaging, sementara tidak dikonsumsi selama puasa sit cai.

Mandi air kembang

Untuk menambah keberuntungan, mandi malam [tgl 30 bulan 12 imlek] menggunakan air kembang yang dibuat dari campuran beberapa kembang, dan perasan jeruk nipis.

Masakan Khas Ko Ngian

Setelah sembahyang baik leluhur, klenteng, dan altar rumah, biasanya ada sejumlah persembahan berupa ayam dan daging babi. Nah ayam dan daging babi ini dimasak mun. Dengan dimasak menggunakan kecap. Sehingga disebut ayam mun. Masakan ini dapat tahan dikonsumsi lama. Cukup dipanaskan ulang, ayam mun sudah siap konsumsi. Terkadang ayam yang jumlahnya banyak, dimasak ayam arak dengan cocolan menggunakan garam. Ini jg memberikan efek hangat dan menyegarkan tubuh.

Persembahyangan

Setiap menjelang Ko Ngian, untuk yang memiliki altar di rumah, maka akan melakukan kegiatan bersih-bersih dan mengganti ornamen altar.

Ban Fuk [dok.pribadi]

Tradisi sembahyang Dewa Thai Soi Sen Kiun. Memasuki bulan 12 penanggalan imlek hingga tanggal 16, biasanya melakukan persembahyangan ban fuk [ membayar keinginan atau ucapan terima kasih] dan tanggal 5 bulan 1 hingga tanggal 15 tahun baru imlek, biasanya melakukan persembahyangan hi fuk { memohon keinginan].

Sembahyang kepada Dewa Dapur. Untuk yang memiliki altar Dewa Dapur, akan sembahyang tgl 23 bulan 12 Imlek. Mengantarkan Dewa Dapur naik ke langit. Kemudian tgl 4 bulan 1 Imlek. Menyambut Dewa Dapur turun ke bumi.

Selain itu ada juga sembahyang leluhur menggunakan meja di teras rumah. Sembahyang ini memerlukan kertas Pai Bui [ berisi nama leluhur] ditancapkan di kaleng yang telah dilapisi kertas berwarna merah yang berisi tanah pasir. Baru kertas Pai Bui dan hio ditancapkan. Perlu menulis kertas Pai Bui di ahli penulisan. Biasa dapat ditemui di Jalan Ratu Tunggal [ dahulu Gg. Bahagia]. Untuk yang memiliki altar leluhur, dapat langsung sembahyang di altar leluhur. Persembahan berupa sam sang [ ayam dan daging babi], 3 macam kue dan 3 macam buah. Buah dan kue berjumlah ganjil misalnya 3 dan 5 buah. 3 cangkir kecil teh dan 5 cangkir kecil arak. Penambahan masakan kesukaan leluhur selama masih hidup, juga diperbolehkan.  Selain itu terdapat kertas perak, uang-uangan dari kertas, pakaian kertas dan sandal kertas. Untuk yang kurang mampu, bisa sembahyang dengan 1 butir telur pun diperbolehkan. Ayam untuk sembahyang yang digunakan adalah ayam kampung jam kai [ayam kampung jantan yang telah dikebiri sejak kecil]. Ayam ini cenderung memiliki bobot yang lebih berat dan perawakan ayam yang besar. Tekstur daging yang lunak. Sehingga jika dimasak mun [kecap], begitu mengundang selera. Namun sekarang sudah cukup jarang dan harganya lebih mahal dari ayam kampung biasa. Dahulu orang akan memelihara ayam ini sendiri dengan pakan jagung dan irisan daging kelapa. Jadi seperti menabung secara sedikit demi sedikit lewat ayam yang akan digunakan untuk sembahyang. Sehingga pada waktu sembahyang, tidak terlalu memberatkan lagi.

Untuk yang biasa sembahyang di Klenteng setempat, perlu mempersiapkan aneka persembahan seperti ayam, daging  babi, buah dan kue. Ada pula yang mengangkat orang tua angkat sebagai pelindung dari salah satu dewa, dewi atau Pakung. Sehingga perlu mengadakan persembahyangan. Demikian  yang memiliki altar sembahyang ( altar Dewa-dewi) di rumah. Sehingga secara umum sembahyang bisa sampai 4 macam yaitu di Klenteng setempat atau Klenteng orang tua angkat, Altar rumah, sembahyang leluhur ( baik yang memiliki altar atau langsung di teras rumah}, dan sembahyang Dewa Thay Sui { di depan teras rumah atau di klenteng setempat}. Persembahyangan ini merupakan agama rakyat [folk religion] yang banyak dijalankan oleh orang Tionghoa Bangka. Agama rakyat ini kental dengan kepercayaan Dewa – Dewi jaman purba, shamanisme, dan animisme-dinamisme. Dimana berpadu pula dengan unsur ajaran Tao, Kong Hu Cu,dan  Buddha.

Sembahyang leluhur merupakan suatu kewajiban. Ini berkaitan dengan, “ Jika kita minum air, maka kita harus selalu ingat kepada sumbernya.” Persembahyangan ini membawa makna bahwa kita tidak melupakan asal keturunan dan leluhur sendiri.

Membuka toko

Secara umum, orang Khek Bangka akan membuka usaha setelah Kongian di hari ke-4. Jika mau membuka usaha di hari ke-3, perlu membuka usaha di hari ke-2  atau di hari- 1 Ko Ngian. Membuka toko di hari pertama Ko Ngian, jika sudah terjadi transaksi 1 x, maka sudah boleh menutup toko. Harapan membuka usaha di hari pertama Ko Ngian, untuk menerima keberuntungan.

Fung pao

Fung pao [ ang pao – bahasa Hokkian] merupakan bahasa Khek yang berarti kertas merah.  Pada zaman dahulu, fung pao diberikan dengan memggunakan kertas berwarna merah yang disebut fung ci. Pemberian fung pao dilakukan oleh orang yang telah menikah kepada orang yang dituakan dan anak-anak. Orang yang telah menikah merupakan batas antara masa kanak-kanak dan dewasa dan dianggap mapan secara keuangan. Yang belum menikah, tetap berhak menerima fung pao, walaupun secara umur, sudah dewasa. Fung pao memiliki nilai kebaikan, adanya harapan agar orang yang menerima fung pao dapat menerima keberuntungan.

Menempel Fung Ci [kertas merah] di pohon

Kertas merah sebagai perlambang kegembiraan. Sehingga harapan agar pohon-pohon dapat membawa keberuntungan.

Menempel kertas Fuk

Kertas fuk ditempelkan di pintu-pintu di rumah. Setiap tahun, kertas fuk selalu diganti dengan yang baru.

Memasang hiasan Ten Lung

Ten Lung atau Lampion mulai dipasang menjelang Ko Ngian dan dilepas setelah tgl 15 imlek. Untuk menambah kemeriahan, ditambahkan pula ornamen-ornamen seperti dui lian (kalimat berpasangan ) di pintu, dan bunga mei hua.

 

Menerima kedatangan Barongsai

Barongsai sebagai hewan mitologi, dipercaya mampu membawa keberuntungan dan mengusir roh-roh jahat. Barongsai  melambangkan semangat dan kegembiraan. Sehingga saat Ko Ngian, ketika ada barongsai, orang akan menerima kedatangannya. Dengan riuh tabuhan bunyi simbal dan tambur.  Setelah beratraksi, barongsai akan menghormat ke arah pintu rumah dan altar rumah. Kita dapat memberikan fung pao sebagai tanda keberuntungan.

 

Ucapan Selamat Ko Ngian

Pai dengan mengepalkan tangan kanan di depan dada, lalu dibungkus oleh telapak tangan kiri. Sambil mengucapkan  Khiung Hi Sin Ngian { Selamat tahun baru} atau Khiung Hi, …[ Khiu, Ji, Suk, Kung, Pho --- nama panggilan]. Sebelum kemudahan mengirimkan ucapan selamat lewat telepon genggam. Zaman dahulu orang mingirimkan kartu ucapan Ko Ngian lewat jasa pengiriman pos. Beberapa waktu sebelum Ko Ngian, sudah mulai mengirimkan kartu ucapan. Trend ini masi berlangsung hingga periode tahun 90-an. Sebelum tergantikan oleh teknologi telepon genggam.

 

Pameo khas Ko Ngian Bangka

Pameo ini dalam bahasa Khek Bangka

Ngi eng – ngi luk

Hang lu ta cuk cuk

Menjelang Kongian, tanggal 25 – 26, jalan dengan tangan, kaki di atas, dan kepala di bawah [ karena sudah sibuk mengurusi urusan  Ko Ngian].

 

Ngi jit – ngi pat

Hang lu ta kui ngap

Menjelang Kongian,  tanggal 27 – 28, jalan sambil ngomong sendiri [ berpikir apalagi yang perlu disediakan untuk Ko Ngian. Jadi jalan sambil ngomong sendiri untuk mengingat-ingat]

 

Ngi jit – ngi pat

Sam pha liong kat

Menjelang Kongian, tanggal 27 – 28, terserah saja [ ambil keputusan yang sederhana saja, yang penting bisa Ko Ngian]

 

Ngian oi tew

Buk kha jiw lew

Phan pho oi cew

Aciaw o tew

Kak li kak sa jiw ngetew.

 

Ko ngian sudah mau tiba. Atap rumah bocor. Istri mau kabur. Anak nakal

Tetangga rumah cari masalah.

 

Daftar Pustaka

1.       Budaya Masyarakat Cina di Desa Gedong Kabupaten Bangka; Dwi Setiati, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang 2010

2.       Imlek; Andarini Trisnasari, Talenta Pustaka Indonesia, 2010

3.       Jangan Asal Mengepal, Ini Makna di Balik Salam Orang Tionghoa; travel.kompas.com, diakses tanggal 07 April 2024, jam 19.59 WIB.

4.       Dewa-Dewi Kelenteng; Ir. E. Setiawan, Yayasan Kelenteng Sampookong, 1990.

5.       Kisah, Kultur, dan Tradisi Tionghoa Bangka; Rika Tjeo dan Fennie Lie, Penerbit Buku Kompas, 2014.

6.       Membersihkan Rumah Dapat Menjaga Kesehatan Mental, Ini Tipsnya; kompas.com, diakses tanggal 11 April 2024, jam 15.45 WIB


No comments:

Post a Comment