Tuesday 12 May 2015

Bahasa Bangka - Bahasa Daerah Bangka-Belitung





..."K nek gi mane? Ape gawe k ne?" ( dalam bahasa Indonesia berarti, “Kamu mau pergi kemana? Apa kegiatan/pekerjaan kamu?" )... itulah sepenggal kalimat Bahasa Bangka. Bahasa Bangka adalah bahasa daerah yang dipergunakan di provinsi Bangka-Belitung, merupakan salah satu rumpun bahasa Melayu. Diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 340.000 orang penutur.

Bahasa Melayu (Jawi: بهاس ملايو)  adalah bahasa Melayu-Polinesia (bagian dari bahasa Austronesia) yang digunakan di wilayah semenanjung Melayu ( meliputi Myanmar, Thailand, Malaysia,dan Singapura), Indonesia, Brunei dan sekitarnya . Bahasa ini menjadi bahasa resmi di Indonesia ( sebagai bahasa Indonesia), Malaysia ( dikenal sebagai bahasa Malaysia) dan di Brunei. Berdasarkan jumlah penutur, Bahasa Melayu merupakan bahasa ke -4 terbanyak di dunia setelah bahasa Mandarin (Tiongkok),Inggris,  dan Hindi/Urdu ( India).


Dalam Bahasa Bangka, terdapat  lima dialek utama yaitu dialek Sungailiat (Kabupaten Bangka), Mentok ( Kabupaten Bangka Barat), Belinyu ( Kecamatan Kab.Bangka bagian Utara), Toboali (Kabupaten Bangka Selatan) dan Pangkalpinang ( Ibukota Bangka-Belitung). Kelima dialek utama ini mempunyai banyak persamaan sehingga memiliki kedudukan sama sebagai bahasa Melayu Bangka.

Perbedaan menonjol dari dialek yang ada pada fonologis. Fonem /é/ (e pepet) dan /o/ pada posisi akhir kata. Contoh kata “apa” dalam bahasa Indonesia diucapkan:
a.       /apé/ dalam dialek Sungailiat, Pangkalpinang, dan Toboali;
b.      /ape/ dalam dialek Mentok;
c.        dan /apo/ dalam dialek Belinyu.

Namun ada pula yang berbeda dalam dialek tertentu untuk kata  “sini” dan “sapu” yaitu:
a.       /sini/ dan /sapu/ dalam dialek Pangkalpinang, Sungailiat, Belinyu, dan Mentok;
b.      /hini/ dan /hapu/ dalam dialek Toboali.

Berbeda dalam bidang morfologis yaitu sufiks. Contoh:
a.       Dialek Mentok menggunakan sufiks (-ne) dalam penggunaan kata /malem ne/;
b.      Dialek Belinyu menggunakan sufiks (-no) dalam penggunaan kata /malem no/;
c.       Namun dari kelima dialek ini, sufiks (-an), konfiks ( ke-an), (be-an), (pe-an) jarang dipergunakan.

Kosakata dasar bahasa Melayu Bangka memiliki 5% perbedaan antar kelima dialek.Contoh : kata “engkau” atau “anda” dalam bahasa Indonesia menjadi:
a.       /ka/ dalam dialek Sungailiat;
b.      /kao/ dalam dialek Mentok;
c.       /kaw/ dalam dialek Belinyu;
d.      /enka/ dalam dialek Toboali;
e.       /ka/ dalam dialek Pangkalpinang.

Tradisi sastra lisan bahasa Melayu Bangka adalah pantun, mantra dan syair. Pantun yang dinyanyikan oleh muda-mudi dinamakan campak. Sastra tulisan bahasa Melayu Bangka menggunakan aksara Arab gundul yang biasa disebut tulisan Arab Melayu.

Bahasa Melayu Bangka tidak mengenal kelas-kelas bahasa. Variasi dialek menunjukkan adanya perbedaan dalam aspek fonologi yang dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat dalam kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya.

Perbedaan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Bangka yaitu secara umum terdapat perubahan huruf  “a” pada bahasa Indonesia menjadi huruf “e” ( ditulis  e’ ) pada bahasa Bangka. Contoh : “Apa?” (bahasa Indonesia) menjadi “Ape’ ?” ( bahasa Bangka).
Bahasa Melayu Bangka menambah keanekaragaman bahasa Melayu di Indonesia dan dunia. (Vau-G/www.bapang007.blogspot.com)

Referensi :
1.      ^ www.wikipedia.com
2.      ^ www.kompas.com
3.      ^ www.zonabangkabelitung.com ( Gambar )
4.      ^ Sofyan Silahidin, Yuslizal Saleh, dan Ahyar Burhan, Ragam dan Dialek Bahasa    Melayu Bangka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1991.

No comments:

Post a Comment